"Menangis? Mana mungkin aku menangis."
"Ada-ada saja kau ini."
"Tidak, aku tidak sedang mengada-ada. Aku mendengarmu menangis dengan jelas."
"Berhentilah berbohong, aku lelah dengan semua sikapmu."
"Jika saja aku bisa meninggalkanmu, sudah pasti aku lakukan sejak dulu."
Ucapannya membuatku diam, tak berkutik. Aku tidak bisa lagi mengelak. Semua ucapannya benar, aku menangis dan aku berbohong. Tatapannya semakin membuatku terlihat begitu menyedihkan seperti manusia tanpa harapan.
"Menangislah jika kau ingin, menangis sama sekali tidak membuatmu terlihat lemah dan menyedihkan."
Aku mulai terisak, menangis seorang diri di dalam ruang mimpi nan fana. Lagi-lagi aku merasa sedih, bingung, dan khawatir tanpa sebab. Rasanya dunia ini terlalu gelap untukku.
"Kau tak pernah tau bagaimana perasaanku." Kataku lirih.
"Kau tak akan pernah bisa mengerti!"
"Kau salah, justru aku lebih mengerti darimu. Aku merasakannya lebih dari yang kau rasakan. Saat kau sedih, aku akan jauh lebih sedih darimu."