Mohon tunggu...
ANIK TWIN
ANIK TWIN Mohon Tunggu... Guru - Guru SD dan Pengelola PAUD

membuka cakrawala dengan budaya literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keutamaan Masa 1000 Hari Pertama Kehidupan

4 Desember 2018   20:30 Diperbarui: 4 Desember 2018   20:52 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu pada saat janin sampai usia 2 tahun. Pada masa inilah proses, tumbuh kembang seorang anak dimulai. Orang tua memiliki peran penting untuk memberikan perawatan dan pengasuhan yang berkualitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. 

Bila dalam 1000 HPK kebutuhan gizi dan stimulasi anak tidak terpenuhi, salah satunya mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan dapat menyebabkan terjadinya stunting atau kerdil. Stunting atau kerdil yaitu gagal tumbuh sebagai akibat kekurangan gizi akut. Anak yang mengalami stunting tingkat kekebalan tubuhnya terhadap penyakit rendah akibatnya rentan terhadap penyakit degenerative dalam usia dini, resiko memiliki kecerdasan rendah, serta produktivitas menurun.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, sebanyak 37% atau hampir 9 juta anak balita di Indonesia mengalami stunting. Indonesia adalah negara prevalensi stunting kelima terbesar di dunia. Informasi ini sungguh memprihatinkan mengingat Indonesia akan mendapatkan bonus demografi tahun 2045. 

Jika kondisi anak balita mengalami stunting terus bertambah, bonus yang akan didapat bukan generasi emas yang mampu menyangga ekonomi Indonesia ke depan, tetapi menurunkan tingkat produktivitas. 

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah membuat progress aksi lintas kementerian atau lembaga negara terkait yang dikoordinasi oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), langsung di bawah koordinasi Sekretariat Wakil Presiden.

Pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga berupaya meningkatkan kompetensi keluarga, utamanya orang tua melalui ranah pendidikan. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kompetensi keluarga dalam jalur pendidikan adalah melalui pemberian informasi pendidikan mengenai pentingnya pengasuhan anak sejak lahir sampai dengan usia dua tahun. 

Untuk itu Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga menyelenggarakan Bimbingan Teknis bagi orang tua tentang pengasuhan anak dalam 1000 HPK. Peserta Bimtek terdiri dari berbagai stake holder yaitu PKK, HIMPAUDI, dan dinas pendidikan setempat. 

Dengan adanya Bimtek tentang pengasuhan anak dalam 1000 HPK, diharapkan mampu melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitarnya tentang stunting dan pentingnya pendidikan keluarga di 1000 Hari Pertama Kehidupan.

Pemberdayaan keluarga terhadap pengasuhan keluarga yang benar dalam 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga terhadap sadar gizi dengan menerapkan prinsip gizi seimbang dan memberikan stimulai yang tepat baik saat kehamilan sampai anak berusia 2 (dua) tahun. 

Pengasuhan yang benar bisa membentuk kualitas seorang anak yang dapat dinilai dari proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang adalah proses yang sangat penting yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetik (bawaan) dan faktor lingkungan (hasil pengasuhan). 

Oleh karena itu, dalam Gerakan 1000 HPK, pengasuhan sebagai faktor "nurture" (pemeliharaan, pengasuhan) menjadi sangat penting untuk menstimulasi dan mengintervensi faktor "nature" terlebih lagi yang beresiko, karena pengasuhan tersebut meningkatkan ketahanan tubuh yang dapat meminimalisir kerentanan akibat faktor bawaan.

Peranan keluarga sebagai wahana utama dalam memberikan pengasuhan kepada anak, berperan penting untuk membangun karakter bangsa yang mulia. Keluarga dituntut mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif. Bermula dari keluarga, anak akan membentuk karakternya. 

Keluarga utamanya memainkan posisi penting di dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dan 8 fungsi keluarga, mulai dari fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, serta fungsi pembinaan lingkungan. 

Selain itu, keluarga juga merupakan suatu sistem pengasuhan dan pembelajaran manusia (humanizing) dengan memanfaatkan sumber daya dari lingkungannya yang kemudian diubah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga guna kehidupan yang lebih baik bagi seluruh anggota keluarga.

Namun keluarga Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan antara lain pernikahan yang tidak disiapkan dengan matang, meningkatnya pernikahan diusia anak; kompetensi untuk menjadi orang tua yang masih sangat terbatas, pendidikan masyarakat yang rendah, keterbatasan kondisi ekonomi, serta angka perceraian yang terus meningkat yang pada akhirnya memperbesar resiko orang tua dalam melakukan praktek pengasuhan yang baik. 

Pengetahuan, sikap, dan keterampilan orang tua yang masih terbatas untuk melakukan pengasuhan yang baik juga akan memperbesar resiko gangguan pada tumbuh kembang anak.

Perkembangan karakter anak dipengaruhi oleh perlakuan keluarga terhadapnya. Karakter seorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran keluarga tentu sangat berpengaruh. "keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat. 

Bagi setiap orang keluarga (suami, istri, dan anak-anak) mempunyai proses sosialisasinya untuk dapat memahami, menghayati budaya yang berlaku dalam masyarakatnya". Pendidikan dalam keluarga sangat penting dan merupakan pilar pokok pembangunan karakter seorang anak. 

Pendidikan wajib dimiliki tidak hanya oleh masyarakat kota, tetapi juga masyarakat pedesaan. Seorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih dihormati karena dianggap berada distrata sosial yang tinggi. Kualitas seseorang dilihat dari bagaimana dia dapat menempatkan dirinya dalam berbagai situasi.

Sebagai lembaga sosial terkecil, keluarga merupakan miniatur masyarakat yang kompleks, karena dimulai dari keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi. Dalam keluarga seorang anak belajar bersosialisasi, memahami menghayati dan merasakan segala aspek kehidupan yang tercermin dalam kebudayaan. 

Hal tersebut dapat dijadikan sebagai kerangka seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan moral dalam keluarga mulai luntur. Arus globalisasi menyerang di segala aspek kehidupan bermasyarakat, tidak hanya masyarakat kota tetapi juga masyarakat pedesaan. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa peran keluarga sangat besar sebagai penentu terbentuknya moral manusia-manusia yang dilahirkan.

Pada masa sekarang ini, pengaruh keluarga mulai melemah karena terjadi perubahan sosial, politik, dan budaya. Keadaan ini memiliki andil yang besar terhadap terbebasnya anak dari kekuasaan orang tua. Keluarga telah kehilangan fungsinya dalam pendidikan. 

Tidak seperti fungsi keluarga pada masa lalu yang merupakan kesatuan produktif sekaligus konsumtif. Ketika kebijakan ekonomi pada zaman modern sekarang ini mendasarkan pada aturan pembagian kerja yang terspesialisasi secara lebih ketat, maka sebagian tanggung jawab keluarga beralih kepada orang-orang yang menggeluti profesi tersebut. 

Uraian tersebut cukup menjelaskan apa arti keluarga yang sesungguhnya. Keluarga bukan hanya wadah untuk tempat berkumpulnya ayah, ibu dan anak. Lebih dari itu, keluarga merupakan wahana awal pembentukan moral serta karakter manusia. 

Berhasil atau tidaknya seoarang anak dalam menjalani hidup bergantung pada berhasil atau tidaknya peran keluarga dalam menanamkan ajaran moral kehidupan. Keluarga lebih dari sekedar pelestarian tradisi, keluarga bukan hanya menyangkut hubungan orang tua dengan anak, keluarga merupakan wadah mencurahkan segala inspirasi. Keluarga menjadi tempat pencurahan segala keluh kesah. Keluarga merupakan suatu jalinan cinta kasih yang tidak akan terputus.

Penanaman moral pada diri seorang anak berawal dari lingkungan keluarga. Pengaruh keluarga dalam penempaan karakter anak sangatlah besar. Dalam sebuah keluarga, seorang anak diasuh, diajarkan berbagai macam hal, diberi pendidikan mengenai budi pekerti serta budaya. 

Setiap orang tua yang memiliki anak tentunya ingin anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia cerdas yang memiliki budi pekerti baik agar dapat menjaga nama baik keluarga. Keluarga memberikan pengaruh pada pembentukan budi luhur bagi seorang anak. Salah satu ciri anak yang berbudi luhur adalah selalu menunjukkan sikap sopan dan hormatnya pada orang tua. 

Budi luhur yang melekat pada setiap orang bukan datang dengan sendirinya, melainkan harus diciptakan. Terutama dalam keluarga dan bukan merupakan keturunan. Dengan kata lain, budi luhur tidak merupakan keturunan melainkan merupakan produk pendidikan dalam keluarga, merupakan perpaduan antara akal, kehendak dan karsa.

Keluarga memiliki peranan utama dalam mengasuh anak, di segala norma dan etika yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi-generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. 

Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan  sejak dini pada setiap individu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting serta sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan intelektualitas generasi muda sebagai penerus bangsa. 

Keluarga kembali mengambil peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berbagai aspek pembangunan pembangunan suatu bangsa, tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang saling mendukung, salah satunya sumber daya manusia.

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat memerlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas baik. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas baik tentunya memerlukan berbagai macam cara. Salah satu diantaranya adalah melalui pendidikan. Pendidikan baik formal maupun informal. Pendidikan moral dalam keluarga salah satunya. 

Walaupun memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi rendah dalam hal moralitas, individu tidak akan berarti dimata siapapun. Pendidikan moral dimulai dari sebuah keluarga yang menanamkan budi pekerti luhur dalam setiap interaksinya. 

Sumber daya manusia berkualitas dapat dilihat dari keluarganya. Bukan hanya keluarga mampu dari segi materi, yang dapat meningkatkan kualitas individunya melalui tambahan-tambahan materi pembelajaran di luar bangku sekolah. Akan tetapi, keluarga sederhana di desa pun dapat menjamin kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya dan keluhuran budi pekerti merupakan hasil tempaan orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun