Mohon tunggu...
Twenty Ages
Twenty Ages Mohon Tunggu... Guru - pingn nulis terus

tegal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Kamu dan Kopi

23 Februari 2022   16:24 Diperbarui: 23 Februari 2022   16:31 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"aku dah sampe, jadi dateng?" ucapku dengan senyum tipis dibibir dan besar harap kamu bisa datang menemuiku.

"ganti baju dulu,"ucap seseorang diujung sana.

Kupesan kentang goreng dan es kopi kesukaan, ku pilih tempat duduk dekat dengan kipas angin bukan karena cuaca hari ini sangat panas.

Selang beberapa menit telpon genggam ku bergetar namamu tertera memanggilku dilayar ponsel, aku menggeser posisi dudukku terlebih dahulu untuk memudahkanmu mellihat dimana aku menunggumu.

" aku disini menjawabmu di ponsel," sembari kulambaikan tangan memberi isyarat padamu.

Sepersekian detik aku mematung manatap pria yang berjalan menuju arahku dan ternyata pilihan tempat duduk dekat dengan kipas adalah pilihan yang sangat tepat untukku, karena hadirmu membuatku sedikit dikepung oleh gerah yang entah dari mana datangnya, jantung mendadak berdegup dengan kencang padahal aku akan berhadapan dengan orang yang aku inngin temui bukan bertemu dept colector pinjol yang bikin jantungan. tapi entah bagaiman itu bisa terjadi dan dingin dari kipas membuatku terbantu sebelum kamu duduk kutarik nafas perlahan untuk membuatku sedikit rileks.

Akhh apa ini, rasa macam apa ini....

"Aku dipesenin apa, ko Cuma satu ?" Ucapmu sembari duduk dengan menyebar pandangan ke meja dan melihat hanya satu gelas yang tersedia dengan isi gelas yang sudah tidak lagi penuh.

"aku belum pesenin kamu apa-apa, pesen sendiri takut salah", ucapku beralasan.

"Yach, dasar pelit aku pesen sendiri" ucapmu sembari berdiri dan senyum dan melangkah ke tempat pemesanan.

"yups," jawabku dengan penuh keisengan.

Udara dari kipas angin membantuku mengatasi ketidakkaruan yang hanya aku rasakan seorag diri, karena kuedarkan pandangan ke beberapa pengunjung dan semuanya nampak nyaman tidak kegerahan. Sementara aku begitu gugup dengan jantung yang masiih berdegup dengan cukup kencang.

Duduk didepanku sosok laki-laki yang selalu aku tunggu kabarnya, yang selalu aku tanya disetiap harinya, yang selalu aku ajukan pertanyaan untuk membuatnya berdiam diri disana dan membalas chatku hehehe (sedikit egois memang tapi aku menikmati itu semua). Aku selalu memaksanya untuk bertahan, bercerita, berkomentar dengan pertanyaan dan pernyataan yang aku ajukan, entah bagaimana tapi tak ingin melewatkan pesan yang dia kirim,aku selalu membalasnya secepat aku bisa karena itu membahagiakankku.

Kutatap laki-laki yang memiliki postur lebih tinggi dari ku dan mulai menikmati kentang goreng yang tersedia diatas meja, aku mulai menikmati semua yang Tuhan berikan padanya, paras wajah yang membuatku tersipu setiap aku meliriknya, mata yang membuatku merasa nyaman dengan tatapannya, pipi, bibir, aku menikmati itu hari ini tanpa sekat dan sangat dekat.

"mau ini ga? Ini enak. Aku suappin". Tanganmu menyodorkan sendok dengan isi makanan yanng tadi kamu pesan persis kemulutku dan aku menerima suapan pertama, di pertama kita bertemu ya hari ini di tempat ini. Dan lagi-lagi kipas angin menyelamatkan kegugupanku dengan udara dinginn yng diantarkan.

" Gimana hari ini, kerjaan baik. Ada yang godain ga?," Ga bole genit loh. Ucapmu dengan mulut penuh pisang goreng krispi coklat.

" Baik, semuanya sesuai dengan jadwal kerjaaan. Ada yang godain dikitlah ini juga gegara kamu, siapa lagi biang keroknya. Puas?" Ucapku sembari menatapnya.

 Beberapa hari terakhir  memang aku menjadi pusat perhatian teman-teman dikantor, karena kebiasaan baru yang aku lakukan dan tidak pernah dilakukan sebelumnya. Bagaimana mereka tidak heran dan dengan senang hati menjadikanku bulan bulanan guyon, teman kantor terbiasa melihatku seger (ibarat es teh disiang hari yang diminum pda saat cuaca sedang terik teriknya) itu ya kalo jam pagi, masih enak dilihat. Begitu memasuki jam istirahat kelar itu kesegaran hahahah lenyap disapu bakwan saat makan siang, dan lipstik berbaur dengan kuah soto dari warung andalan, alhasil muka pas pasan muncul dipermukaan. Akan tetapi semua menjadi berbeda ketika beberapa hari terakhir aku mulai menyapukan bedak dan memoleskan lipstik sesaat setelah selesai jam istrah, sehingga kesegaran muka pun nampak paripurna pagi hingga sore jam kantor selesai

"Wedeh, tumben amat muka keliatan disiang hari ti".

"Kan aku baru tahu ternyta dirimu punya kumis tipis, gegara siang ini mukamu kelihat kinclong sampe bulu kumis tipis aja ga malu-malu buat  pamer".

"Nah, gini terus biar kaya cewe,".

Itu beberapa ledekan yang meluncur  dari mulut temen-temen kaya bayi jatuh dari prosotan, enteng dan tanpa beban meluncur bebas dan deras menilai penampilan dan pastinya kesegaran muka ku yang tidak seperti biasa. Dan dalang dibalik itu semua adalah pria yang duduknya pindah dari depanku sekarang bersebelahan denganku.

"Baguskan, aku suka. Kamu itu cewek, jadi ya kaya cewe donk". Ucapnya dengan mencubbit pipiku.

Aku masih berfikir bagaimana aku mau melakukan itu dengan senang hati, padahal aku adalah perempuan yang males berdandan sebelumnya dan aku adalah orang yang tidak bisa dengan mudah dikendalikan oleh siapapun. Tapi semuanya mendadak berubah,ketika aku mengenalmu. Karena dulu selalu banyak yang mudur teratur ketika berhadapan denganku, karena aku selalu berjalan dengan apa yang aku suka, dan kalo ga suka mundur. Aku bahkan tidak pernah bisa untuk diatur, tapi aku tidak tau mengapa aku melakakukan ini ketika bersamamu. Apakah ini cinta? Akhh aku tak tau,tapi aku melakukannya tanpa beban.

"Aku suka kalo orang-orang memujimu, karena aku percaya pujian mereka akan menguatkanmu menyemangati hari-harimu. Meskipun dari banyak pujian ada satu pujian yang spesial dari orang spesial ya itu aku ke kamu" ucapmu lancar tanpa jeda dengan mata menatap ke arahku dan tangan menggenggam tannganku

Seketika gugup menjalar, ketika tangan kita saling menggenggam aku berkta dalam hati "Tuhan aku menyukai tatapan itu, aku menyukai makhluk mu yang duduk disampingku saat ini, ya aku menyukai aku menyayangi makhluk ciptaanmu ini Tuhan". Dan lagi-lagi  hari ini aku harus berterima kasih dengan kipas karena membuatku rileks, dan aku menyesap es kopi untuk mendinginkan hati yang mulai tidak aman.

Lagi-lagi aku diberi kejutan ketika wajahmu makin mendekat ke wajahku, dan mengatakan "aku menyayangimu,"ucapmu dengan tangan menyentuh pipiku.

Kali ini rasa es kopi yang kusesap bukan lagi perpaduan pahit manis dari kopi, cremer dan lainnya, tapi menjadi perpaduan hati yang berbunga dan gugup yng menjalar keluar dari dalam dada, dan merah pipi yng mulai merona menambah ketidakkaruanku atas nama cinta. Ya aku mencintai sosok pria ini. Aku mencintainya meski aku selalu tidak bisa menjelaskan bagaimana ini bermula.

"sudah sore, yuk pulang aku antar," Ucapmu memecah lamunanku.

"Iya, terima kasih banyak untuk hari ini.Teruslah disampingku meski kita tidak tahu ini akan sampai kapan," ucapku menatapmu.

"Iya, aku menyayangimmu," dengan tangan menggenggam.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`

Banjaranyar, 16 januari 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun