Secarik kerinduan, dalam dekapan laut
Deburan ombak menemani kesunyian ini , tempat dimana keluh kesah tertumpah tanpa arah. Dermaga tua dengan pemandangan lengkap bangunan termakan jaman, seolah menyapaku ditengah kegundahan jiwa yang membekaskan tanya tentang kehidupan.
17.00 Wita, hujan gerimis...
Samar- samar terlihat perahu kecil di tengah lautan, hingga akhirnya mendekat ke tepian dan ku sapa penuh lantang, Ayaaaah...., benarkah itu ayah ? Ternyata tepat. Caping berwarna kusam melekat erat menemani perjalanannya melaut untuk mencari rejeki demi keluarga tercinta.
"Hai Nak, Ayah telah kembali dan bersyukur, begitu banyak ikan yang bisa Ayah tangkap hari ini. Â Perahunya kian menepi dan bersandar di atas hamparan pasir beewarna hitam pekat.
 "Lihat apa yang Ayah dapatkan hari ini, ". Senyumnya seolah memberikan kekuatan bahwa harapan itu ada untuk aku dan keluarga.
Apakah kamu sudah lama menanti, sementara ini hujan, mengapa tidak membawa payung ? Ayah khawatir kamu sakit karena kehujanan. Lihat, pakaianmu telah basah dan tanganmu seolah mengkerut oleh terpaan air hujan, Ayo segera bergegas pulang, " Katanya.
Baik Ayah, Paman dan Bibi penjual ikan telah menanti Ayah sejak siang tadi. Aku akan membawakan hasil tangkapan ayah kepadanya.
"Bagaimana tadi Ayah, apakah Ayah baik- baik saja selama menangkap ikan , mengapa Ayah pergi melaut sementara cuaca seperti ini  tanyaku karena ada khawatir cuaca buruk seketika datang dan bisa saja berakibat fatal.
Tidak ada masalah sedikitpun Nak, Ayah baik- baik saja, jawab Ayah sembari melempar senyum khasnya kepadaku. Sudah, besok Ayah akan melaut kembali, sebaiknya kau cepat hantarkan ikan ini pada Paman dan Bibi penjual ikan. Baik Ayah, jawabku.Â