Kembali ke lembar kaca ...
Saya awali dengan " Selamat pagi, semangat, sehat, damai".
Embun masih setia mendekap rumput yang berjejer diantara setapak jalan tanah, lengkap dengan lumut dan beberapa daun kering. Suara gemercik air, menyapaku mana kala segelas kopi panas telah siap menemani pagi, usai beraktivitas sekalipun hanya menyapu dan mencabut beberapa tumput kecil di halaman rumah.
Kicauan burung bersiul saling membalas satu sama lain, belum lagi suara gamelan khas bali " Rindik" Juga terdengar sekalipun agak jauh, di salah satu rumah tetangga. Apa yang ingin saya katakan.
Bukan berarti pikiran pasti tenang dengan suasana semacam ini. Beban tetaplah teman sejati namun volumenya tentu berbeda satu sama lainnya. Seorang tetangga yang telah berusia lanjut, masih terlihat bugar, tat kala setiap pagi lewat depan rumah karena sang kakek harus pergi ke kebun.
Sesekali kakek kerap mampir, ketika hendak lewat aku sapa dan kupersilakan duduk sembari minum kopi ataupun teh. Tidak pernah mengobrol tentang kehidupan orang lain, tapi selalu mengajakku saling bertukar fikiran seperti kemarin, saya membahas tentang kesederhanaan dalam pandangan hidup.
Kata kuncinya Kebahagiaan. Ini bak sebuah perburuan bagi kita semua, Yang pasti semua orang menginginkan hidup bahagia. Cuman kalau bicara bahagia, rasanya dari sekian banyak orang yang menginginkan bahagia, ternyata masih ada  beberapa orang memandang , bahwa apa yang menjadi harapannya untuk bahagia, ia justru tidak merasa bahagia hanya karena hidupnya sangat sederhana.
Padahal bertemu dengan kebagiaan dalam hidup dengan kenyataan bahwa kita berada pada titik hidup sederhana, peluang itu tidak lepas begitu saja, sebab nilai bahagia jika hidup sederhana adalah bagaimana kita menerapkan gaya hidup apa adanya.
Coba kita ulas dengan hidup sederhana tapi tetap bahagia, seperti apa ?