Mohon tunggu...
Tu Yuda
Tu Yuda Mohon Tunggu... Petani - Belajar adalah sebuah proses perjalanan

ijinkan saya untuk belajar dan jangan lupa dipandu demi kebaikan bersama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kertas dan Sebuah Catatan Nilai Kehidupan

6 Maret 2022   19:21 Diperbarui: 6 Maret 2022   19:25 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kertas, sumber:https/ pixabay. com

Kertas...

Dengan kertas, kita bisa melakukan berbagai tindakan, seperti menulis,menggambar,diremukkan untuk membuat sebuah karya dan banyak lainnya. Kertas kosong tanpa tergores apapun itu ibarat sebuah memulai menanamkan nilai- nilai kehidupan. Sudah tidak asing lagi kertas acap kali digunakan sebagai pengandaian dalam perjalanan hidup.

Begitu juga dengan sebuah hasil karya berbentuk buku dengan beragam catatan- catatan penting serta penuh makna di dalamnya, karya itu akan tersimpan rapi sekalipun beratus- ratus tahun kemudian, karena 1 nama yang tergores akan meninggalkan nilai sekalipun dalam bentuk kenangan namun tanpa batas.

Kertas dalam sebuah nilai kehidupan, seolah memberi ruang tanpa ujung untuk merangkaikan setiap putaran waktu yang terlewati dalam hidup. Andaikan saja orang lain itu seperti selembar kertas putih.

Goresan-goresan tercipta pada selembar kertas akan membuatnya berbeda dengan yang lain. Perbedaan akan semakin indah jika goresan itu menghasilkan sebuah  tulisan yang indah dan akan tetap terjaga selamanya.

Namun sebaliknya, jika goresan itu berupa tulisan yang buruk, kertas seolah menangis, sebab sapuan penghapus bahkan remasan, akan mengantarkannya menuju tempat sampah dan tentu menjadi akhir nilai kisah yang dirangkainya.

Bagaimanapun rasa, entah kecewa, sedih, meronta tidak terima akan apa yang telah di alami, sudah tentu tidak akan mampu merubah nasibnya yang sudah tergerus oleh sang waktu, sebab bentuknya sudah menjadi sampah yang seiring waktu akan dilupakan oleh penulisnya.
Begitu juga dengan sebuah kepercayaan seseorang. 

Di ibaratkan seperti kertas kosong tanpa adanya lipatan. Ketika kita membuat luka perasaan, maka kertas tersebut seolah akan remuk secara perlahan.

Sekalipun kita telah meminta maaf dan  mencoba untuk mengulang kembali nilai kepercayaan itu. Maka tidak akan bisa merubah bekas remuk kan yang telah terbentuk sebelumya.

Kertas remuk, sumber: https/ pixabay. com
Kertas remuk, sumber: https/ pixabay. com
Selembar kertas menjadi  tak ternilai, dikarenakan oleh goresan pesan yang diterimanya, atau disebabkan oleh air sebagai faktor yang membuatnya tak berharga. Sebab jika selembar kertas telah basah,maka ia akan hancur secara perlahan. 

Kita ibarat sebuah pensil yang dituntut untuk mampu menghasilkan coretan indah. Sehingga kertas akan tetap terjaga dengan nilai kebermanfaatannya.

Kertas dan sebuah kesan dalam hidup

Perasaan terluka pada setiap manusia tentu akan pernah terjadi tanpa memandang waktu, begitu juga jika dikaitkan ibarat kertas, saat manusia merasakan terluka maka ia akan merobek kertasnya sendiri.

Yang dirobek, tentu bagian menyakitkan dari masa lalunya. Ketika kertas itu telah robek, bisa saja ada hal indah yang ikut hilang. Sobekan itu akan menjadi  luka dalam yang akan menghancurkan dirinya sendiri.

Agar luka itu tak terjadi, kita  bisa menolongnya dengan menjadi penghapus, hapus lah secara perlahan luka itu, sekalipun meninggal bekas yang samar. Memang tidak mudah dan bisa saja melukai diri, sebab penghapus akan terkikis oleh seberapa coretan yang akan dihilangkan.

Maka, jika orang lain ibarat sebuah kertas, setidaknya jadilah pensil dan penghapus dengan peran yang mampu memberikan nilai positif, sehingga tercipta sebuah catatan manis yang akan dikenang sepanjang masa.

Salam. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun