Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

3 Benda Sekali Pakai yang Tidak Lagi Saya Pakai

19 November 2024   14:58 Diperbarui: 19 November 2024   17:57 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapas kain alias Reusable Cotton Pads | dokumentasi pribadi 

Mengompos telah membawa saya pada pelajaran berharga tentang sampah. Bahwa "membuang sampah pada tempatnya" tidak cukup untuk mengurai permasalahan sampah di Indonesia. Bahwa kita harus mulai belajar memilah, mengolah, dan mengurangi sampah dari rumah.

Salah satu sampah yang masih banyak kita hasilkan adalah benda sekali pakai. Ya, benda sekali pakai sering kali terlihat lebih mudah dan murah sehingga banyak orang tergiur untuk menggunakannya, termasuk saya.

Namun setelah belajar lebih dalam tentang gaya hidup less waste, saya jadi tahu bahwa kini telah banyak pengganti dari benda sekali pakai yang tidak menimbulkan sampah. Benda pengganti ini selain ramah lingkungan ternyata juga memiliki dampak baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.

Berikut tiga benda sekali pakai yang tidak lagi saya pakai berikut penggantinya.

Baca juga: Benda Sekali Pakai yang Menumpuk di Tempat Sampah Kita

1. Masker sekali pakai

Salah satu benda sekali pakai yang menjadi permasalahan sampah serius adalah masker sekali pakai. Terlebih di masa Covid-19, di mana masker sekali pakai (N95, KN94, KN95) memang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan.

Menurut Jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering (2021) sebagaimana yang tertera pada Kompas, mengungkapkan bahwa tiap satu menit ada 2,8 juta penggunaan masker sekali pakai. Dari jumlah tersebut, 1,6 miliar sampah masker berakhir di lautan.

Selepas era Covid-19, penggunaan masker sekali pakai masih sering terlihat walaupun tidak semasif dulu. Sebagai pekerja di Ibukota, saya sering memerhatikan bahwa masker sekali pakai memang jadi primadona di  lingkungan perkotaan. Hanya pengemudi ojek online yang terlihat memakai slayer alias masker kain dalam sehari-harinya.

Masker kain | dokumentasi pribadi
Masker kain | dokumentasi pribadi

Saya pun menjadi salah satu yang masih konsisten dengan masker sekali pakai. Alasannya (1) sudah terlanjur nyaman, (2) masker sekali pakai masih diprovide kantor sehingga saya tidak perlu membelinya.

Namun kedua alasan ini rasanya tidak cukup jika dibandingkan dengan sampah yang saya hasilkan setiap harinya. Terlebih masker sekali pakai diketahui terbuat dari Polipropilen, yaitu salah satu jenis plastik yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.

Karena hal inilah, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke masker kain. Ya, masker yang bisa dipakai berulang kali ini bisa meminimalisir jumlah sampah masker di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) maupun lautan. 

Kini setelah berjalan hampir dua bulan menggunakan masker kain, rasanya saya sudah sangat nyaman dan enggan beralih lagi ke masker sekali pakai.

Baca Juga: Kembali ke Masker Kain, Sebuah Langkah Kecil Untuk Selamatkan Bumi

2. Kapas sekali pakai

Kapas adalah barang wajib yang dimiliki hampir semua wanita. Saya biasa menggunakan kapas untuk mengaplikasikan produk skincare dan menghapus make-up. Teksturnya yang lembut membuat kapas menjadi pilihan untuk digunakan ke wajah. 

Bertahun-tahun, saya hanya mengenal kapas sekali pakai yang langsung dibuang ketika selesai digunakan. Harganya yang terjangkau dan barangnya yang tersedia di toko mana pun menjadi alasan bagi saya untuk tetap menggunakan kapas sekali pakai.

Namun permasalahan lingkungan yang ditimbulkan dari kapas sekali pakai juga tidak bisa dianggap sepele. 

Menurut laporan World Wide Fund (WWF) seperti yang dilansir oleh GNFI, jumlah air yang diperlukan untuk membuat satu kilogram kapas, mampu memenuhi kebutuhan air minum satu orang selama tiga tahun.

Jadi, bisa dibayangkan berapa banyak air bersih yang terbuang untuk memproduksi kapas sekali pakai di seluruh dunia.

Kapas kain alias Reusable Cotton Pads | dokumentasi pribadi 
Kapas kain alias Reusable Cotton Pads | dokumentasi pribadi 

Gerakan less waste kemudian mempertemukan saya dengan Reusable Cotton Padsyaitu kapas kain yang bisa dipakai berulang kali. 

Cotton Pad memiliki tekstur mirip handuk dengan bentuk bulat. Walaupun tidak selembut kapas biasa, Cotton Pad tetap memiliki kemampuan untuk mengangkat kotoran. Yang paling istimewa tentu saja bagian bisa dicuci dan dipakai hingga 1,000 kali.

Kamu bisa membeli Cotton Pad di toko online dengan harga Rp 3,000 hingga Rp 10,000 per satuannya. Jika dihitung-hitung, kamu sangat bisa menghemat dengan pemakaian Cotton Pad dibanding kapas sekali pakai lho.. Lingkungan terjaga, dompet pun juga!

3. Pantyliner / Pembalut sekali pakai

Barang wanita lainnya yang berpotensi menimbulkan sampah adalah pantyliner dan pembalut sekali pakai. Iklan pembalut sekali pakai yang masif di televisi membuatnya seperti satu-satunya pilihan bagi wanita yang sedang datang bulan, termasuk saya.

Sayangnya, tidak banyak yang tahu bahwa pembalut sekali pakai juga terbuat dari plastik yang menyisakan masalah di TPS. Ya, gel dalam pembalut sekali pakai merupakan campuran dari selulosa dan plastik. Selain itu, perekat dan pembungkus pembalut sekali pakai juga masih menggunakan plastik.

Hal inilah yang membuat pembalut sekali pakai sulit terurai di alam, bahkan hingga membutuhkan waktu 200-800 tahun.

Pembalut kain | dokumentasi pribadi
Pembalut kain | dokumentasi pribadi

Dengan segenap pertimbangan, akhirnya saya memilih beralih ke pembalut kain. 

Pembalut kain terbuat dari kain katun pada lapisan luarnya dan Poliester atau Poliameda yang memiliki kemampuan menyerap, pada lapisan dalamnya. Pembalut kain dicap lebih ramah lingkungan karena dapat dicuci dan dipakai berulang kali, sehingga tidak menimbulkan sampah.

Baca Juga: Jajan Es Pakai Tumbler, Yuk Sedikit-Sedikit Kurangi Plastik

Pembalut kain juga dinilai lebih sehat untuk kulit karena tidak mengandung zat kimia beracun yang biasa terdapat pada pembalut sekali pakai, seperti Klorin untuk pemutih, Acetone untuk pembersih, dan Dioxin untuk menyerap.

Dengan beralih ke pembalut kain, kamu bukan hanya menyelamatkan bumi, namun juga menyelamatkan tubuh dari paparan bahan berbahaya. 

Kalau kamu, benda sekali pakai yang sudah tidak lagi dipakai? Ceritakan yaa di kolom komentar.

---

Tutut Setyorinie, 

19 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun