Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Enam Sampah Ini Sebaiknya Kamu Hindari untuk Dikompos

29 September 2024   15:50 Diperbarui: 29 September 2024   19:59 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Freepik.com

Hal ini dikarenakan proses pembusukan susu dan sejawatnya menimbulkan bau yang menusuk hidung.

Namun, khusus untuk minyak sisa alias minyak jelantah, kamu bisa menampungnya di wadah tersendiri. Kini sudah banyak vendor yang mencari sekaligus bersedia membayar untuk minyak jelantah.

Di lingkungan rumah saya bahkan sudah ada koordinator untuk mengumpulkan minyak jelantah dari para warga. Minyak jelantah banyak dicari karena bisa diolah menjadi beberapa produk bernilai tinggi seperti biodiesel, lilin, dan sabun.

3. Daun / Tumbuhan yang sakit

Daun atau tumbuhan yang sakit ditandai dengan bercak putih atau kuning. Hal ini menandakan adanya jamur atau bakteri patogen yang sangat berpotensi untuk ditularkan.

Maka dari itu, untuk tanaman sakit lebih baik diurai dengan cara dibakar atau dibuang saja ke tempat sampah. 

Karena apabila dimasukkan dalam kompos, jamur atau bakteri tersebut akan berpindah ke sampah lain dan akan mengganggu proses pengomposan.

5. Kotoran hewan 

Kotoran hewan adalah sampah pasti yang didapatkan setiap hari bagi para pemelihara hewan.

Walaupun kotoran hewan termasuk bagian dari sampah organik karena merupakan sisa dari makhluk hidup, sampah ini tetap tidak disarankan untuk dikompos karena menguarkan bau tak sedap.

Pasti kamu sudah terbayang bagaimana baunya pup kucing dan anjing, bukan? Bau ini akan mengundang hama tikus berdatangan. Bakteri yang terkandung pada kotoran hewan juga dapat merusak kualitas kompos yang dihasilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun