Hal ini dikarenakan proses pembusukan susu dan sejawatnya menimbulkan bau yang menusuk hidung.
Namun, khusus untuk minyak sisa alias minyak jelantah, kamu bisa menampungnya di wadah tersendiri. Kini sudah banyak vendor yang mencari sekaligus bersedia membayar untuk minyak jelantah.
Di lingkungan rumah saya bahkan sudah ada koordinator untuk mengumpulkan minyak jelantah dari para warga. Minyak jelantah banyak dicari karena bisa diolah menjadi beberapa produk bernilai tinggi seperti biodiesel, lilin, dan sabun.
3. Daun / Tumbuhan yang sakit
Daun atau tumbuhan yang sakit ditandai dengan bercak putih atau kuning. Hal ini menandakan adanya jamur atau bakteri patogen yang sangat berpotensi untuk ditularkan.
Maka dari itu, untuk tanaman sakit lebih baik diurai dengan cara dibakar atau dibuang saja ke tempat sampah.
Karena apabila dimasukkan dalam kompos, jamur atau bakteri tersebut akan berpindah ke sampah lain dan akan mengganggu proses pengomposan.
5. Kotoran hewan
Kotoran hewan adalah sampah pasti yang didapatkan setiap hari bagi para pemelihara hewan.
Walaupun kotoran hewan termasuk bagian dari sampah organik karena merupakan sisa dari makhluk hidup, sampah ini tetap tidak disarankan untuk dikompos karena menguarkan bau tak sedap.
Pasti kamu sudah terbayang bagaimana baunya pup kucing dan anjing, bukan? Bau ini akan mengundang hama tikus berdatangan. Bakteri yang terkandung pada kotoran hewan juga dapat merusak kualitas kompos yang dihasilkan.