Dalam 3 tahun pertama, saya juga sudah merasakan bekerja di tiga perusahaan yang berbeda. Apa saya bisa dikatakan sebagai kutu loncat? Bisa ya, bisa tidak. Kutu loncat hanyalah presepsi, sedangkan yang mengetahui keadaan sebenarnya adalah diri kita.
Saya sendiri bersyukur telah 'loncat' dan akhirnya menemukan perusahaan yang membuat saya nyaman, baik dari segi lingkungan maupun penghasilan.
Sayangnya, kutu loncat tidak dipandang baik oleh sebagian orang, terutama para orang tua yang biasa bekerja puluhan tahun di perusahaan yang sama.
Mereka mengatakan, si kutu loncat tidak memiliki tahapan alias jenjang karir yang jelas.
Padahal fakta berkata sebaliknya. Beberapa teman saya yang kutu loncat ternyata memiliki kemampuan beradaptasi yang mumpuni, sehingga berhasil melakukan percepatan karir dalam waktu singkat.
2. Usia 25 harusnya sih sudah punya aset, minimal motor. Syukur-syukur mobil, apalagi rumah!
Menginjak 3 tahun bekerja, seseorang di umur 25 dituntut memiliki sesuatu yang baru. Entah itu handphone baru, motor baru, mobil baru atau rumah baru.
"Untuk apa bekerja jika tidak ada hasilnya?" Begitu kata Mbok Mijem, salah seorang tetangga.
Sayangnya, tidak semua hal bisa kita lihat dengan kasat mata, termasuk hasil pekerjaan seseorang. Ada teman saya yang begitu lulus dan bekerja lalu diminta melunasi utang keluarga. Atau mereka yang baru bekerja namun sudah jadi tulang punggung keluarga.
Boro-boro membeli kendaraan, mungkin untuk kehidupan adik yang masih sekolah, atau orang tua yang renta saja masih kekurangan.