Setelah iklan dan komunitas, hal terakhir yang paling dan sangat saya rindukan dari Kompasiana masa lampau adalah rubrik Fiksiana.
Ya, di rubrik ini saya lahir dan berkembang. Fiksiana telah mempertemukan saya dengan orang-orang hebat yang mengajarkan cara berfiksi.
Mereka juga yang mengajak saya untuk berkolaborasi membuat buku. Jika saja saya tidak terlahir di sini, mungkin buku pertama hingga ketiga saya tidak pernah terlahir hingga kini.
Dan yang tidak kalah serunya, di sini juga ada duel fiksi!
Perhelatan ini konon dimulai ketika Kang Pebrianov mengakui kekagumannya kepada si penjerat asmara, ya Mbak Desol. Sementara Mbak Desol tidak segan menebar jarum dan belati bagi siapa saja yang tertarik mendekati.
Menikam dan menerkam, duel fiksi ini terasa seperti angin segar bagi Kompasiana yang diributi berita politik.
(p.s mbak Des ayo bangun dari tidur panjangmu! dan mari menari lagi di atas belati).
Hal ini yang membuat saya dulu betah berada di kolom Fiksiana. Bahkan saking serunya, saya hampir tidak pernah melihat halaman utama Kompasiana untuk melihat artikel rubrik lain.
Namun sayang, kini rubrik Fiksiana terlihat semakin kehilangan peminat. Terlebih ketika para maestro seperti Mba Desol, Kang Peb, Bu Lilik, Mas Andi, Mas Aji, Ka Livi, dan yang lain, tidak lagi meramaikan rubrik ini.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!