Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mengenal Dikotomi Kendali, Alasan Mengapa Kamu Harus "Legowo" terhadap Beberapa Hal

11 Juli 2021   13:08 Diperbarui: 11 Juli 2021   21:19 5493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kutipan dari buku Filosofi Teras | sumber: dokumentasi pribadi

Setelah didiagnosa major depressive disorder atau yang biasa kita sebut depresi, Henry menapaki jalan healing yang  mempertemukannya dengan Stoisisme, filosofi kaum Stoa yang telah berusia 2.300 tahun.

Henry yakin bahwa obat-obatan saja tidak cukup untuk menyembuhkan depresi. 

Ia butuh lebih dari sekadar kesembuhan sementara. Ia butuh mengubah jalan berpikirnya, sehingga kecemasan dalam depresi itu tidak lagi datang.

Dikotomi kendali, latihan panjang menuju ketenangan hidup

Dikotomi kendali merupakan prinsip dasar dari Stoisisme, yang diperkenalan di awalan buku ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, dikotomi adalah pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan. 

dikotomi kendali dalam Filosofi Teras | sumber: dokumentasi pribadi
dikotomi kendali dalam Filosofi Teras | sumber: dokumentasi pribadi
Dengan demikian, dikotomi kendali bisa diartikan sebagai pembagian atas dua kendali, yakni kendali yang tergantung pada kita (controllable), dan kendali yang tidak tergantung pada kita (uncontrollable).

"Some things are up to us, some things are not up to us" -Epictetus (Filosofi Teras, hal. 42) 

Henry merangkum kesehatan, kekayaan, reputasi, dan opini orang lain sebagai hal-hal yang tidak berada di bawah kendali kita. Hal ini dikarenakan sifatnya yang rapuh, terikat dan mudah lenyap. 

Sedangkan pikiran, opini, tindakan, dan persepsi kita adalah hal-hal yang berada di bawah kendali, karena sifatnya yang merdeka, tidak terikat, dan tidak terhambat.

Pada awal-awal membaca ini, saya sempat mengelak, bagaimana bisa kesehatan dan kekayaan berada di luar kendali? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun