Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Kaleidoskop Humor 2020: DPO Corona, Curhatan Anak 98, hingga Pesan Bu Tejo

26 Desember 2020   12:19 Diperbarui: 28 Desember 2020   05:05 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bintang Emon, Wisuda Online, dan Bu Tejo | kompilasi: olahan pribadi, sumber: liputan6.com, cnnindonesia.com, kompas.com

Jika ada pertanyaan: tahun mana yang paling banyak dikenang.

2020 mungkin salah satu jawabannya.

Ya, 2020 memang telah menggoreskan banyak cerita. Dibuka dengan banjir awal tahun, kebakaran hutan Australia, perang dagang Amerika dan China, hingga kehadiran virus Corona yang tampak belum ada habisnya.

Hari demi hari kita disajikan dengan berita yang kurang mengenakan: PHK massal karena perusahaan tidak dapat lagi membiayai operasional, ekonomi mampat, korban covid berjatuhan, aliran bansos yang supranatural, hingga omelan emak-emak yang lelah mengurusi anaknya belajar di rumah.

Namun ibarat dua sisi mata uang, 2020 ternyata juga menyimpan banyak sisi kebaikan: penjual masker yang kebanjiran orderan, bekerja dari rumah bisa sambil rebahan, lulus sempurna karena UN ditiadakan, hingga sidang online yang mendapat lebih sedikit penekanan.

Seperti permen nano-nano yang banyak rasanya, 2020 juga memiliki cerita yang banyak kenangannya. Tidak jarang cerita itu justru mengundang decak kagum dan gelak tawa.

Jadi, dari pada terut berkutat dengan yang bikin tegang dan sakit kepala, lebih baik kita menenangkan diri sejenak. Ini adalah waktu yang tepat untuk menikmati libur yang gak panjang-panjang amat, dengan kaleidoskop humor yang telah terjadi sepanjang tahun ini. Karena... Indonesia butuh ketawa, setidaknya sekali saja untuk mengakhiri 2020 dengan ceria.

1. Omel-omel Bintang Emon tentang Corona

tangkapan layar dari twitter bintang emon
tangkapan layar dari twitter bintang emon
Nama Bintang Emon pertama kali muncul di permukaan setelah berhasil menjuarai ajang Stand Up Comedy Academy (SUCA) 3 pada 2017 lalu. Selepas dari SUCA, Bintang banyak mengisi acara stand up comedy maupun film-film komedi sebagai pemeran pendukung.

Sejak tahun 2020, Bintang juga aktif mengunggah video komedi singkat bertajuk DPO di akun media sosialnya. DPO sendiri merupakan singkatan dari Dewan Perwakilan Omel-Omel, maka jangan kaget jika video tersebut banyak berisi tentang keluh kesah yang dibalut dengan omelan.

Salah satu video DPO yang paling banyak menarik perhatian di tahun 2020 ini adalah DPO Corona yang diunggah Bintang ketika virus Corona belum lama mencuat, yakni pada Maret 2020.

Dalam video tersebut, Komika bernama asli Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra ini menyindir orang-orang yang tidak mempercayai virus korona. Ia juga menekankan tentang pentingnya menjaga jarak dan tetap di rumah demi meminimalisir penyebaran virus.

Dengan gaya sarkasnya yang khas dan wajah penuh ekspresi, video DPO Corona berhasil mencuri perhatian dan respon dari warganet. Terbukti sejak Maret 2020, DPO Corona yang ditayangkan di akun Twitter @bintangemon telah mendapatkan hampir 122 ribu retweets, dan 186 ribu likes.

"Kita juga kalo diarahin buat social distancing, yang bisa ngikutin, ya nurut tolong. Ada orang batuk yaudah ngehindarin tuh. Jangan ada yang batuk lu tegor: batuk pak aji? Yah lu kena korona. Jangan sampe meninggal karena bercanda." -Bintang Emon, 2020.

Bagi kamu yang belum menonton, amat disayangkan jika harus melewatkan video berdurasi 2:20 menit ini. Dijamin, perutmu akan terkocok ketika melihat cara penyampaian dan analogi unik tentang korona ala Bintang Emon.

Ingat kata Bintang: jangan sampai meninggal karena bercanda. Apalagi dibercandain korona. Jadi, tetap patuhi protokol kesehatan ya.

2. Curahan Hati Anak 98 

Curahan hati anak 98 | sumber: twitter @Wisuda_Corona
Curahan hati anak 98 | sumber: twitter @Wisuda_Corona
2020 banyak mencetuskan kata pertama dalam berbagai hal, termasuk pertama kalinya sekolah dan kuliah diadakan secara online. Hal ini membuat aktivitas-aktivitas yang seharusnya diadakan di sekolah atau di kampus, kini harus diadakan secara mandiri di rumah.

Adalah anak kelahiran tahun 1998 yang paling banyak mendapat imbas dari perubahan ini. Sebuah cuitan akun @Wisuda_Corona memaparkan berbagai peristiwa yang dialami anak tahun 98, hingga tampak berbeda dari yang lain. 

Mulai dari lahir pada saat krisis moneter, sewaktu SD percobaan UN 5 paket, SMP percobaan 20 paket, hingga skripsi, sidang, wisuda yang harus dilaksanakan secara online.  

Sebagai angkatan nyaris, saya turut sedih sekaligus bersyukur karena masih bisa merasakan euforia sidang dan wisuda secara langsung. Setidaknya saya tahu rasanya mengejar dosen pembimbing sampai ke rumah, bolak-balik perpustakaan demi mencari referensi, dan tegangnya memasuki ruang sidang dengan taplak hijau khas meja pengadilan.

Meme lulusan corona | sumber: /www.kaskus.co.id/
Meme lulusan corona | sumber: /www.kaskus.co.id/
Meski demikian, peristiwa ini juga bisa menjadi cerita yang tidak terlupakan bagi anak kelahiran 98. Saya tidak akan tahu rasanya kuliah sambil rebahan, mengerjakan ujian hanya bermodalkan kaos oblong, atau zoom meeting yang terlewat karena hilang sinyal.

Walau harus melewati sidang dan wisuda di rumah, setidaknya kamu tahu bahwa tidak ada yang abadi selain perubahan.

Jadi, bagi kamu kelahiran 98, jangan bersedih hati ya. Kamu adalah angkatan terkuat di abad ini!

2. Belajar Jadi Wong Solutip ala Bu Tejo

Bu Tejo dari film Tilik | sumber: jogja.idntimes.com
Bu Tejo dari film Tilik | sumber: jogja.idntimes.com
Siapa yang tidak kenal dengan Bu Tejo? Wanita berkerudung hijau dengan ekspresi wajah penuh kejulidan, yang sering menghiasi meme Indonesia.

Bu Tejo merupakan karakter utama dalam film pendek berjudul Tilik yang digarap oleh Ravacana Film. Meski telah terbit sejak tahun 2018, film hasil kerja sama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta ini baru mendapat perhatian setelah ditayangkan secara perdana di kanal Youtube Ravacana pada Agustus 2020 lalu.

Dengan setting sederhana, yaitu hanya di atas truk, film Tilik mampu menjaga konsentrasi penonton selama 32 menit penayangan. Salah satu magnet utama yang dimiliki film ini tentu saja karakter Bu Tejo yang sukses diperankan oleh Siti Fauziah.

Bu Tejo digambarkan sebagai sosok yang mampu membakar sebuah gosip menjadi perbincangan hangat dan menarik. Selama perjalanan di truk, ia tidak ada habisnya membicarakan tentang Dian, seorang kembang desa yang memiliki harta yang tidak setimpal dengan pencapaian umurnya.

Namun, di mana ada api di situ pula ada air. Adalah sosok Yu Ning, yang bersikeras melawan tuduhan-tuduhan gosip yang dilayangkan Bu Tejo. Dengan pembawaan kalem, Yu Ning menegaskan bahwa tuduhan kepada Dian bisa membawa fitnah karena belum tentu sejalan dengan kenyataan.

Meski demikian, ibu-ibu yang sudah terlanjur termakan omongan Bu Tejo tampak tidak peduli lagi dengan peringatan Yu Ning. Hal ini membuat Yu Ning kesal dan akhirnya melakukan perdebatan panjang dengan Bu Tejo.

sumber: Twitter @ismailfahmi
sumber: Twitter @ismailfahmi
Selain bergosip, emak-emak ternyata juga memiliki power berdebat yang tidak boleh diragukan. Hal ini tertuang dalam salah satu scene, dimana Bu Tejo dan kawan-kawan yang melawan polisi setelah diberhentikan karena ketahuan membawa rombongan dalam truk.

 "Nuraninya itu lho dipake. Empatinya pak, ya Allah. Apa tak telponkan saudara saya yang polisi? Gimana? Bintangnya lima jejer-jejer gitu, berani nggak?" -Bu Tejo, 2018.

Mendengar celotehan Bu Tejo seperti melihat kenyataan yang selama ini terjadi di masyarakat kita, dimana sosok yang melawan ibu-ibu dianggap tidak memiliki nurani. Selain itu, memiliki saudara polisi ternyata sangat berharga, karena bisa dipakai dalam perdebatan melawan sesama polisi. 

Uhm, apa kamu pernah mencobanya juga? 

Meski hobi bergosip, setidaknya ada satu sisi positif yang bisa kita ambil dari sosok Bu Tejo. Adalah sifat solutif yang tertuang pada akhir scene, ketika rencana menjenguk bu lurah harus gagal setelah melewati perjalanan panjang dan menantang polisi. 

Yu Ning sebagai pemantik ide menjenguk bu Lurah merasa bersalah dan tidak tahu harus berkata apa. Sedangkan Bu Tejo justru mencetuskan ide solutif untuk mampir ke pasar besar supaya ibu-ibu lain tidak merasa perjalanan panjang ini terlalu sia-sia.

Ya, tidak ada gunanya terus hanyut dalam kesedihan. Seperti kata Bu Tejo: dadi wong ki mbok sing solutif. Jika rencana A gagal, ingatlah bahwa kita masih memiliki rencana B sampai Z untuk menuntaskan.

Jadi, bagaimana Kompasianer, 2020 banyak mengandung tawa dan pelajaran, bukan?

--

Tutut Setyorinie, 26 Desember 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun