Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Surealisme dalam Seni dan Sastra

6 Desember 2020   14:36 Diperbarui: 9 Desember 2020   22:41 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Instagram @surrealism.world

Cala Ibi mendapat sambutan hangat dari pecinta sastra yang haus akan perubahan. Ia diangkat dalam telaah sastra, analisis penokohan, sayembara kritik hingga ke kajian psikologi.

Selain mengangkat tema surealisme, Cala Ibi juga didapuk sebagai percontohan karena telah menggunakan sudut pandang orang kedua dalam narasinya. 

Sudut pandang ini dikenal sebagai yang paling dihindari oleh penulis karena tingkat kesulitannya. Namun bagi Nukila Amal, sudut pandang kedua justru membuat penggambaran ceritanya menjadi lebih epik dan menarik.

Kau menatap sekeliling, pucuk pepohonan menjauh, rumahmu kian mengecil, jalanan mengurus, jarakmu dengan tanah kian melebar. Di atas tampak kawanan awan, bulan yang belum genap purnama, bintang-bintang segi lima. Kau menengadahkan muka ke langit, mungkin malam ini kau akan ke sana, menyematkan bulan di belakang kepala atau dua tiga bintang ke rambutmu. -Cala Ibi (Nukila Amal, 2003).

Surealisme dalam Karya Seni

Selain sastra, surealisme juga mengalir dalam seni rupa. Adalah "The Persistence of Memory" salah satu lukisan paling fenomenal dalam genre surealisme, karya maestro lukis asal Spanyol, Salvador Dalí.

The Persistence of Memory by Salvador Dali via kompas.com
The Persistence of Memory by Salvador Dali via kompas.com
Hayooo, pasti kamu pernah melihat lukisan ini, bukan?

La persistencia de la memoria adalah lukisan pertama yang mengenalkan saya pada surealisme. Hal ini dikarenakan kemunculannya yang amat sering di buku pelajaran Seni Budaya. 

Meski tidak mengerti arti dari lukisan tersebut, saya tetap menaruh decak kagum kepada sang pelukis. Saya bahkan pernah memilih lukisan ini untuk digambar kembali dalam salah satu tugas.

Ketidakjelasan dan kekaburan akan makna, membuat lukisan yang lahir pada tahun 1931 ini mendapat interprestasi yang sangat luas dari masyarakat. 

Ada yang berpendapat bahwa jam yang meleleh diibaratkan sebagai waktu yang tidak berjalan ketika tengah berada di alam mimpi. Ada juga yang berpendapat, bahwa Dali ingin mengembalikan waktu sebelum terjadinya perang dunia 1, dimana hidup masyarakat kala itu masih makmur. Beberapa yang lain berpendapat bahwa Dali terinpirasi dari teori relativitas terhadap ruang dan waktu yang digagas oleh Albert Einstein.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun