Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Balada Pembelajaran Jarak Jauh Bagi Ibu Pekerja

4 Agustus 2020   12:57 Diperbarui: 21 Desember 2021   11:51 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembelajaran Jarak Jauh | sumber: https://id.theasianparent.com

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang ditetapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, tampak menuai berbagai polemik. Mulai dari keterbatasan perangkat, minimnya pemahaman tentang teknologi hingga sulitnya mendapatkan akses internet.

Satu lagi yang tidak kalah genting adalah peran ibu pekerja yang harus turut membimbing proses pembelajaran anak di rumah. 

Menjadi seorang ibu sekaligus pekerja memang bukan hal yang baru di lingkungan kita. Beberapa tetangga saya terbukti sukses membesarkan anak mereka sambil bekerja. Pagi menyiapkan sarapan sembari memastikan anak berangkat ke sekolah. Sore sepulang kerja membereskan pekerjaan rumah, lalu berlanjut ke malam untuk membimbing anak belajar. 

Namun kebiasaan ini terpaksa harus berubah semenjak Koronamaru alias Covid 19 ditetapkan sebagai pandemi yang harus dihindari. Anak-anak kini berada hampir seharian di rumah, mulai dari belajar, bimbel hingga mengerjakan tugas praktik.

Hal ini menyebabkan para ibu pekerja harus membagi fokus pada anak mereka di tengah deadline pekerjaan.

Kejadian ini dialami sendiri oleh teman se-divisi saya, sebut saja Ani (F,34). Ani memiliki dua anak yang masih berada dalam jenjang Sekolah Dasar dan menerapkan PJJ. Ani tinggal bersama Ibunya, yang secara tidak langsung menjadi pengasuh bagi kedua anaknya ketika ia dan suami pergi bekerja.

Sebelum ada pandemi, Ani dan suami bergantian mengantar anaknya ke sekolah. Sepulang sekolah, anaknya disambut oleh sang Ibu yang kemudian menyiapkan makan dan menemaninya bermain. Kemudian malam hari adalah waktu bagi Ani untuk membantu anaknya mengerjakan tugas sekolah.

Namun semenjak Covid 19 menyebar luas dan PJJ ditetapkan, Ani menjadi hilang fokus dengan pekerjaannya karena harus turut mengontrol proses pembelajaran sang anak. Hal itu dikarenakan banyaknya mekanisme pembelajaran baru yang harus dilalui si anak, mulai dari pertemuan tatap muka lewat zoom, hingga mengumpulkan tugas lewat aplikasi.

Ibu Ani yang sudah menjelang usia senja tidak begitu memahami gadget dan internet. Alhasil Ani bolak-balik menelepon untuk mengarahkan sang anak agar tetap mengikuti kelas online.

Saya rasa banyak Ani lain di luar sana yang mengalami hal yang sama. Mereka yang biasa melepas anaknya ketika berangkat sekolah, kini terpaksa harus turut mengontrol kegiatan belajar sang anak sembari bekerja.

Bahkan ibu saya yang bukan pekerja juga turut dibuat pusing dengan mekanisme Pembelajaran Jarak Jauh. Pasalnya beliau kini menjadi guru dadakan, yang bukan hanya harus mengerti tentang pelajaran, tetapi juga penggunaan teknologi.

Perkembangan gadget | sumber: sriwahyuni2016.wordpress.com
Perkembangan gadget | sumber: sriwahyuni2016.wordpress.com
Ya, teknologi dan internet memang masih menjadi hal yang asing bagi sebagian masyarakat kita. Kemajuan teknologi besar-besaran yang terjadi pada abad 20 ini telah menjadi cobaan bagi generasi yang lahir sebelum era teknologi dimulai, seperti Baby Boomer dan Generasi X.

Namun ada satu hal yang mungkin terlewat dari ini semua. Ya, kita melupakan fakta kecil bahwa anak merupakan peniru ulung dan pembelajar hebat. Jika kita butuh waktu enam hingga tujuh kali untuk memahami kerja dari sesuatu, seorang anak yang ingatannya masih sangat segar mungkin hanya butuh satu sampai dua kali.

Pembelajaran Jarak Jauh merupakan momentum yang tepat bagi anak untuk memahami lebih dalam tentang penggunaan teknologi dan fungsi internet. Hal ini dibuktikan oleh cuitan @dondihananto yang diposting pada 30 Juli lalu.

Perkembangan anak | sumber: Twitter @dondihananto
Perkembangan anak | sumber: Twitter @dondihananto
Dalam cuitan tersebut, Don menceritakan anaknya yang telah mengalami kemajuan signifikan setelah dilakukannya Pembelajaran Jarak Jauh. Sang anak yang masih duduk di bangku kelas 3 SD tadinya tidak mengetahui apa-apa tentang pembelajaran melalui internet.

Namun setelah tiga bulan dalam bimbingannya, sang anak kini telah bisa mengurus sendiri keperluan belajarnya termasuk terhubung ke Zoom, Clasroom hingga pembuatan poster di Canva.

Kemajuan itu juga saya rasakan pada adik saya yang kini duduk di bangku kelas 5 SD. Ia yang semula tidak tahu tentang Zoom dan Edmodo, kini sudah tampak mahir tanpa meminta bantuan saya lagi. Bahkan tidak jarang, ia yang kini bergantian mengajari ibunya tentang bagaimana cara mengirim tugas di aplikasi pembelajaran online.

Hal ini membuktikan bahwa tingkat agility seorang anak dapat melebihi orang tuanya. Meski demikian, kebutuhan dasar seperti tersedianya teknologi dan koneksi internet tetap harus terpenuhi agar Pembelajaran Jarak Jauh terus berjalan dengan efektif.

--

4 Agustus 2020 [T.S]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun