Meski demikian, warganet telah banyak yang melakukan penelusuran terhadap nomor dalam WAG tersebut dan bertemu nama-nama polisi seperti Briptu, Brigadir, dan Polda.
Jika iya, mengapa terlalu mudah?
Ya, jika benar percakapan dalam WhatsApp Group tersebut dibuat oleh polisi, mengapa terlalu mudah? Pertama, polisi yang kesehariannya bergerak di dunia detektif pasti sudah tahu bahwa banyak aplikasi yang dapat digunakan untuk melacak nomor telepon. Lalu mengapa dengan mudah mereka memperlihatkan nomor telepon tersebut?
Kedua, nomor yang diperlihatkan hampir semuanya adalah nomor telkomsel. Sebagai orang yang pernah mencicipi duduk di bangku pelajar, rasanya mustahil memiliki nomor telkomsel. Bagi pelajar, nomor telkomsel bagaikan dewa karena harganya hehe.
Bahkan ketika kuliah, nomor telkomsel pun masih jarang dimiliki oleh teman-teman saya, kecuali oleh mereka yang memang terkenal "berada". Maka dilihat dari sisi pandangan awam, screenshot WAG STM itu sudah terlihat janggal.
Hanya ada dua alasan tentang beredarnya WAG STM ini,
1. Polisi dengan sengaja membuat percakapan WAG ini agar masyarakat percaya bahwa pergerakan anak STM dikarenakan motif berupa uang. Selain itu, polisi juga tidak tahu menahu tentang aplikasi pelacakan nomor telepon.
Alasan ini bisa masuk akal, walau banyak yang menilai ini adalah langkah yang "terlalu bodoh" untuk diambil kepolisian.
2. Ada yang sengaja mendiskreditkan nama kepolisian, karena sudah pasti tahu bahwa nomor-nomor yang tersebar itu akan dilacak dan disebarkan karena terbukti tidak sesuai, apalagi nomor itu adalah milik polisi.
Seperti yang kita tahu, saat ini polisi sudah tidak ada artinya lagi di mata rakyat. Sebelum ini, hoaksnya mobil ambulans yang membawa batu sempat menyita perhatian publik. Belum lagi video yang beredar di media sosial tentang penyerangan polisi terhadap mahasiswa dan anak STM serta mahasiswa Kendari yang tewas tertembus peluru.