Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pahami Alasan Mengapa Banyak Pertanyaan "Skakmat" di Momen Lebaran

6 Juni 2019   23:18 Diperbarui: 6 Juni 2019   23:34 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://www.cosmopolitan.co.id

Lebaran identik dengan kumpul keluarga, saudara, kerabat, dan handai taulan. Di momen inilah sanak saudara yang berada nun jauh di sana, rela untuk datang demi berkumpul saat lebaran. Banyak dari mereka yang berasal dari luar pulau, sehingga butuh waktu satu hari lebih untuk sampai. Banyak juga yang se-pulau namun terjebak macet hingga berhari-hari di jalan. 

Setelah keluarga berkumpul, salam-salaman, dan makan ketupat, dimulailah siklus pertanyaan-pertanyaan yang membuat sebagian orang bergidik ngeri. Mulai dari pertanyaan-pertanyaan ringan seperti "gimana kuliah/kerjaan, lancar?", hingga ke pertanyaan berbobot yang membut mulas dan pusing kepala, seperti kapan lulus, kapan nikah, kapan punya anak, hingga kapan nambah anak lagi.

Meme pun mulai bertebaran di jagat sosial media. Beberapa situs menayangkan tips untuk menjawab pertanyaan khas lebaran. Beberapa lainnya seperti Twitter mempersiapkan kisi-kisi pertanyaan saat lebaran. 

sumber: twitter @atasawan_ dan @mawardisalbini
sumber: twitter @atasawan_ dan @mawardisalbini
Saya sendiri tidak luput dari hal itu. Mulai menjajaki semester akhir di perkuliahan, membuat pertanyaan "skakmat" datang silih berganti bagai air yang tidak memiliki muara untuk berhenti

"Kapan wisuda?"

"Skripsinya udah selesai?"

Dua pertanyaan inilah yang sudah saya lahap hampir pada setiap teman, tetangga dan saudara yang saya temui. Mulai dari bercanda, serius, hingga benar-benar serius sambil menawarkan jasa untuk membantu proses wisuda. 

Terkadang ada rasa kesal yang menghinggap di hati saya. Memangnya tahu apa dia? Toh, saya baru dua bulan mengerjakan skripsi, dan wajar kalau belum selesai. Teman-teman saya juga belum. Dan masih banyak kegondokan dalam hati lain, yang tidak mungkin saya utarakan pada orang yang bertanya.

Namun satu hal yang terkadang saya lupa, dan mungkin kita semua lupa adalah kita tidak pernah memikirkan mengapa banyak orang yang bertanya demikian.

Lama Tidak Bertemu, Bertanya Kabar adalah Hal yang Lumrah

Lebaran adalah momen temu kangen yang terjadi setahun sekali. Itupun jika memiliki ongkos, jika tidak maka lebaran berikutnya baru mungkin akan bertemu. Jangka waktu yang lama ini, membuat pertanyaan tentang kabar menjadi hal yang lumrah alias pantas dipertanyakan.

 Memang, apa kiranya yang akan kita tanya ketika bertemu teman yang sudah lama tidak ketemu? Keadaan, kerjaan, atau mungkin pacar. Maka dapat kita simpulkan bahwa menanyakan kabar adalah sebuah bentuk kepedulian.

Beruntunglah jika ada saudara yang masih menanyakan bagaimana keadaan kita, bagaimana kuliah, pekerjaan bahkan stasus perjombloan kita. Karena itu adalah pertanda banyak yang masih memerhatikan kita. 

Jika mereka bertanya bagaimana skripsi kita, bukankah itu pertanda bahwa mereka mengikuti perjalanan kuliah kita? Jika mereka bertanya bagaimana pekerjaan kita, bukankah itu berarti mereka memikirkan jerih payah kita dan tempat terbaik untuk kita? Jadi, bersyukurlah untuk itu. 

Lagi pula kini banyak situs-situs yang telah membuat jawaban pertanyaan itu menjadi #AntiRibet, salah satunya yang menurut saya paling efektif adalah menjawab dengan sejujurnya. Bukankah, pertanyaan membutuhkan jawaban? Ya, #DibikinSimpel saja. Bahkan dengan menjawab jujur kita tidak perlu memutar otak untuk mengalihkan pertanyaan.

Kapan nikah?

Belum ketemu jodohnya, doain ya tante, supaya cepet ketemu. 

Apa yang kiranya akan dibalas si tante jika kita memohon doanya? Pastilah ia akan menjawab bahwa ia akan selalu mendoakan kita. Bahkan jika kita beruntung, ia akan memberi wejangan alias nasihat yang mungkin bisa menyelesaikan pertanyaan itu. Tidak ada yang tahu bukan, bagaimana dan dari mana jodoh kita berasal, siapa tahu dari orang yang paling sering bertanya 'kapan nikah'.

Satu hal yang perlu diingat, semesta memiliki banyak kejutan! Jadi, jangan sambat dulu jika mendapat pertanyaan skakmat. Anggap saja, latihan sidang dan interview kerja.

Jadikan Pertanyaan "Skakmat" Untuk Memacu Semangat

Banyaknya joke di twitter tentang pertanyaan lebaran, membuat saya yakin banyak orang yang mengeluh atau bahkan tidak bersedia tentang pertanyaan itu. Padahal, jauh dalam hati, kita tahu bahwa itu adalah pertanyaan yang pantas untuk ditujukan pada diri kita. Hanya kita yang terlalu malu untuk mengungkapkannya.

Kapan sidang?

Doain ya tante, secepatnya. (Dalam hati: kapan ya..)

Jika kamu sendiri malas menanyakan pada hati kamu, maka sampai kapanpun pertanyaan itu tidak akan bertemu jawabannya. Sudah saatnya kita berhenti mengeluh, dan berani menjawab. Jadikan bola "skakmat" itu menjadi pacuan semangat untuk diri kita. 

Jika ada orang yang bertanya kapan lulus, maka #DibikinSimpel dengan buat target sekarang juga. Mulai susun rencana agar skripsimu cepat selesai. Mulai lingkari tanggal-tanggal dan tulis di sana kapan kamu akan menyelesaikan bab 1, 2, 3, 4, dan 5. Mulai hubungi dosen pembimbing dan minta jadwal untuk bertemu. Jika dosenmu susah dihubungi, pantengi tempat duduknya untuk tahu kapan dia ada dan bertanyalah langsung. Tips ini dijamin bimbinganmu akan #AntiRibet.

Satu hal yang sebenarnya kita butuhkan hanyalah niat.

Niat itu ada, hanya saja terpendam dalam keluhan dan lingkungan yang terkadang justru mensupport kita untuk mengeluh. Maka dari itu, kita membutuhkan pertanyaan "skakmat" itu untuk menyadari, sudah di mana kita sekarang dan seharusnya di mana kita sekarang.

Mungkin terkesan menyakitkan menjawab pertanyaan yang kita sendiri pun tidak tahu jawabannya. Seperti yang pernah saya sebutkan, butuh kerendahan hati dan keikhlasan untuk mengakui sesuatu, mengakui bahwa kita masih berada di titik ini. Tapi sejatinya tidak ada yang salah dengan itu. Dengan mengakui, kita bisa terpacu untuk menyelesaikannya.

Bukankah sebuah bola harus dilemparkan ke bawah dulu supaya dapat melambung ke atas? Begitu pun dengan diri kita yang harus "disadarkan" terlebih dulu, untuk dapat "terbang" melampaui batasan.

Sebagian orang mungkin hanya penasaran pada keadaan kita, tapi tidak dapat disangkal bahwa sebagian lagi sangat peduli tentang kehidupan kita. Pertanyaan mereka adalah bentuk kepedulian, dan jawaban kita merupakan bentuk kerendahan hati. 

Satu lagi, jangan sungkan untuk meminta doa, mereka yang mungkin tadinya berniat akan membandingkan kita, mungkin justru akan luluh dengan berbalik mendoakan. Kita tidak tahu dari mulut mana doa itu akan terkabul, mungkin dari salah satu yang sering mengusik hidupmu dengan pertanyaan 'kapan'.

Ah, ya, semesta selalu memiliki kejutan.

--

Tutut Setyorinie, 6 Juni 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun