Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, jadi Game Changer untuk lingkunganmu!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kemelut Dua Puluh

26 Desember 2017   20:39 Diperbarui: 27 Desember 2017   06:34 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://thetechjournal.com/wp-content/uploads/images/1108/1312648474-happy-birthday-to-web-1.jpgjh

"Pada suatu hari, lahirlah seorang gadis bernama Cindertakrella. Ia bukanlah seorang bangsawan ataupun milyarwan. Pantaslah rumahnya menjulang tidak lebih dari lima meter. Namun ia juga bukan seseorang yang mengharap iba di pinggir jalan. Faktanya, Cindertakrella masih mampu makan 3 kali sehari, dengan lauk pauk yang tidak terlalu jauh dari 4 sehat 5 sempurna, walau itu hanya terjadi setiap sepekan sekali."

Aku menyilangkan kedua kakiku. Jendela nako yang engselnya mulai kaku kubiarkan terbuka sedikit. Percayalah, hal itu bukan sangat bermanfaat untuk menyegarkan udara, tetapi juga bermanfaat untuk menyegarkan pikiran.

Hari ini, hari pertamaku menginjak usia dua puluh dan belum terbebas. Sejumlah orang mengatakan bahwa usia dua puluh adalah usia dimana lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Namun nyatanya kini aku tengah terjebak dalam ruangan 3x2 meter dan melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Definisi itu mencakup mengerjakan tugas dari dosen, belajar untuk menghadapi kuis dadakan, dan mencuci pakaian kotor karena tak cukup pakaian bersih untuk hari esok.

Ingin sekali kublokir situs web yang menayangkan tulisan tentang hal-hal seru yang kamu dapatkan di usia dua puluh, pilihan hidup di usia dua puluh, atau bahkan sekelumit rumus cinta di usia dua puluh. Kalian tahu, itu tak lebih dari dongeng kekinian yang dibalut cantik dengan gambar-gambar menarik. Dan hal yang paling menyakitkan dari itu semua adalah ketika kalian memaksakan untuk membenarkan semuanya.

Bagiku, usia dua puluh, tak lebih ketika kehidupan terasa begitu nyata. Ya, senyata garis tangan yang tergambar di telapak dan sefaktual jerawat yang mulai muncul di permukaan wajah.  Di usia ini juga aku mendapati dongeng masa kecil yang terlalu dibuat-buat, sehingga lebih pantas dikatakan khayalan daripada impian.

Maka dari itu, seperti yang telah kau baca dipermulaan cerita ini, aku telah membuat dongeng yang berjudul 'Cindertakrella'. Yaitu sebuah ringkasan perjalanan seorang gadis yang terlahir dengan kakak menyebalkan, adik yang sulit disuruh-suruh dan paling teraniaya di rumah. Jangan kau berharap mendapat kisah semanis coklat. Akan kubuat kisah itu sedemikian nyata hingga kau sendiri tak dapat membedakan antara tokoh rekaan itu dengan dirimu.

"Cindertakrella tak mempunyai wajah secantik model ternama, namun tak dapat juga kau samakan dengan selokan sawah. Ia telah lulus dari sekolah wajib 12 tahun dan kini tengah menjalankan perkuliahan di sekolah tinggi di lain kota. Cindertakrella memegang prinsip tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Maka dari itu, di hari dimana hujan turun sedikit sendu, ia pamit kepada orang tuanya untuk merantau jauh dari rumah."

"Cindertakrella tekun belajar dari pagi hingga malam hari. Tentu saja itu dilakukan ketika tengah menghadapi ujian tengah semester dan akhir semester. Ia juga memegang sebuah prinsip nikmati hidupmu selagi muda. Itu sebabnya ia menikmati hari-harinya dengan menonton serial TV kesukaan dan mencetak rekor game untuk mendapatkan hadiah berupa pulsa."

"Tak ada hal istimewa dalam hidupnya. Cindertakrella tidak pernah dibanggakan dan tidak pernah juga membanggakan. Hidup seperti air sungai saja: mengalir sampai jauh. Namun hari itu, kakinya tersandung batu dan ia baru merasa istimewa ketika seorang pria datang menolongnya."

"Jangan berharap wajah setampan pangeran, atau secerah rembulan. Pria itu tak lain adalah satpam kampusnya. Kini Cindertakrella mengerti mengapa satpam dengan tubuh bak tiang listrik itu selalu dibicarakan banyak orang. Dan mulai hari ini, Rabu pukul 17:50, Cindertakrella resmi mendaftarkan diri sebagai penggemar satpam berkulit sawo mentah itu."

"Cinta nyatanya tidak serumit yang orang-orang bilang. Bahkan tidak sedramatis sinetron yang bergentayangan di waktu malam. Hari itu dimana Cindertakrella tidak menemui sosok superheronya sepulang kuliah, ia memberanikan diri untuk menanyakan langsung kepada satpam lain yang tengah beraksi."

"Cinta itu sederhana. Yang rumit adalah sakit hatinya. Yaitu ketika mendengar kabar sang satpam yang ternyata tengah menemani istrinya melahirkan. Hidup ternyata menyimpan begitu banyak misteri. Hari kemarin ia mengaku telah jatuh cinta. Hari berikutnya ia menangis karena patah cinta. Itu membuat dirinya ingin berteriak berkali-kali bahwa hidup itu tidak adil. Namun yang dilakukannya hanya terisak  lantas kemudian tidur dalam waktu yang lama sehingga ketika bangun ia dapat melupakan segalanya."

Percayalah, ketika menulis ini aku benar-benar ingin melakukan hal yang sama: tertidur dan melupakan segalanya. Namun saat itu seseorang tengah mengetuk pintu kamar sebelah. Tentu saja aku dengar. Jarak pintu ke pintu tak lebih dari semeter setengah. Ternyata ibu kost yang memberi maklumat bahwa uang kost bulan depan akan naik lima puluh ribu. Langsung kututup jendela, kukunci pintu, dan kumatikan lampu. Dan ketika ketukan itu menghampiri pintuku, aku pura-pura tertidur. Tidak menjawab.

Namun bukan ibu kost namanya jika langsung menyerah. Ia seperti terdiam sejenak lalu memasukan selembar kertas lewat bawah pintuku. Isinya? Tentu saja maklumat itu. Dua detik kemudian, langkahnya bergegas menjauh untuk kemudian kunyalakan lampu.

"Namun takdir tak dapat mengelak hukum alam. Ketika esok harinya Cindertakrella terbangun, kenyataannya masih tetap sama. Ia patah hati dan hari ini harus menghadapi kuis dadakan yang baru diinfokan dosen beberapa menit yang lalu."

"Adalah lucu ketika Cindertakrella sampai di kampus dan dosennya berkata tidak jadi kuis dadakan karena lupa membawa soal. Hari itu, senyum pertama Cindertakrella semenjak patah hati. Hidup nyatanya adil. Itu tergantung lewat mata apa kau melihat kenyataan. Mata kiri: kemalangan, mata kanan: kebahagiaan . Namun ketika kau melihatnya dengan kedua mata, kau akan sadar bahwa pilu dan bahagia berjalan beriringan, layaknya kedua sisi mata uang yang tidak dapat saling melepaskan."

PENGUMUMAN!

MULAI BULAN DEPAN UANG KOST RESMI DINAIKKAN 50.000

BARANG SIAPA YANG MERASA KESULITAN MEMBAYAR, BISA DICICIL DAN DIBEBANKAN KE BULAN BERIKUTNYA.

HARAP MAKLUM DAN SEMOGA DAPAT DITERIMA.

Begitulah hidup. Ada bahagia, ada sengsara. Ada kawan, ada lawan. Ada sambal, ada kecap. Dan bagaimanapun takdir bercerita, semoga kemelut di usia dua puluh ini dapat berubah menjadi kejutan. 

Bukankah hari esok masih menjadi misteri?

Sesaat setelah membaca maklumat itu, 26 Desember 2017.

p.s: thanks for the blue verification, Kompasiana! So great present for my 20 birthday!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun