Pertama kali saya mendengar kata pointillism yaitu saat kunjungan Kompasiana Visit ke pabrik Faber Castell pada 11 Juli lalu. Saat itu, Faber Castell memperkenalkan lima teknik mewarnai yang terdapat di buku panduan dalam Connector Pen: Patterning, Pointillism, Squiggling, Shading, dan Contouring.
Entah mengapa saya tertarik untuk mencari tahu lebih tentang salah satu teknik yang sangat menarik namun cukup mudah untuk diterapkan, ya, pointillism. Dilihat dari suku katanya, pointillism memiliki makna point atau titik. Menurut hemat saya, pointillism merupakan teknik mewarnai dengan serangakaian titik. Sedangkan dilansir dari Wikipedia, pointillism atau pointilisme adalah salah satu teknik dalam lukisan yang memanipulasi ketidaksensitifan mata dalam meneliti detail kumpulan titik hingga mampu memberikan kesan keberadaan bidang atau warna baru.
Melukis dengan teknik pointillism sangat membutuhkan kesabaran dan disiplin tingkat tinggi. Karena yang biasanya kita dapat langsung mengarsir bebas, kini kita harus membubuhkan titik demi titik dari komposisi warna yang berbeda untuk memenuhi gambar. Pelukis pointillism biasanya memanfaatkan warna-warna primer yang saling ditimpa sehingga menghasilkan warna yang lebih cerah. Hal ini juga berfungsi sebagai ilusi bahwa sang pelukis menggunakan banyak warna dalam lukisannya.
Mari lihat kembali lukisan "A Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte". Bila diperbesar, kita akan menemukan bahwa lukisan ini dihasilkan dari titik-titik warna yang berbeda.
Berbekal rasa penasaran dan Connector Pen dari Faber Castell, akhirnya saya pun ikut mencoba untuk mewarnai dengan teknik pointillism ini. Karena saya bukan seorang pelukis andal apalagi pelukis majenun, jadilah saya hanya dapat menggambar beberapa bunga yang seadanya bin apa adanya.
Satu hari kemudian.... Taraaaa!!
Karena kurang puas dengan hasil pertama, maka saya pun melakukan percobaan kedua. Kali ini saya tidak menggunakan Connector Pen, melainkan cat air dan juga pensil yang terdapat penghapus di ujungnya.