Saat melihat ramainya acara ini, saya hanya bisa berkata: Kompasiana itu real. Kompasianer itu real. Dunia maya itu sungguh benar-benar ada.
Namun keberanian saya tak sampai untuk menyapa mereka seperti di dunia maya. Alhasil saat itu saya hanya mengamati, sambil menyapa dalam hati. Derita anak berbau kencur, hiks.
Saya yang tadinya hanya bisa membuat karangan fiksi, sekarang dapat merambah ke tulisan yang lebih ilmiah, semisal artikel. Dan yang tadinya hanya dapat berkubang di Fiksiana, kini saya dapat mencicipi sensasi menulis di rubrik Wisata, Tekno, ataupun Lifestyle.
Besar harapan saya supaya Kompasiana menghadirkan rubrik Sains. Sebagai pecinta astronomi, rasanya kurang tepat untuk memasukan artikel tentang astronomi di rubrik Tekno-yang berfokus pada masalah teknologi dan perkembangannya.
Tapi entah mengapa, permasalahan error itu sudah bisa dimaklumi oleh hampir seluruh Kompasianer. Buktinya, masih banyak yang betah menulis di blog keroyokan ini. Karena, berharap Kompasiana tanpa error adalah berharap bisa memakan buah khuldi di surga. Imposibleeee.
Meski begitu, jika ada hal yang ingin saya katakan itu adalah terima kasih, Kompasianaaaaaa...
Mungkin ada yang bertanya mengapa saya tidak menggenapkan tulisan menjadi 100 di satu tahun berkompasiana. Saya hanya tidak ingin kisah ini menjadi genap, lengkap, dan dengan begitu selesai. Saya ingin perjalanan satu tahun di Kompasiana ini menjadi potongan yang dapat saya lengkapi di tahun ke dua, ke tiga, ke empat, bahkan seterusnya.
Happy Fourth of July. So happy being Kompasianer.
Tutut Setyorinie, 4 Juli 2017.