Seelah setengah jam pencarian, aku memutuskan berhenti sebentar. Kutengguk dahulu air mineral yang baru kubeli untuk melepas dahaga. Lalu kemudian bangkit dan bersiap lagi untuk mencari Luana. Aku akan menemukanmu, Na. Tak peduli jika kau sembunyi hingga ke ujung dunia. Tunggu saja.
***
27 September 2013 pukul 13.00
Aku akhirnya melihat Luana. Ia sedang berdiri di salah satu sudut jalan. Senyumnya bahkan bisa kutemu. Aku mendekatinya. Tapi seorang pengendara motor juga sedang mendekatinya. Aku tak tahu siapa di antara kita yang lebih cepat sampai ke sana.
“Luana, awas!”
***
28 September 2014
Luana mengunjungiku. Ia masih tersenyum seperti dulu. Aku menyambutnya. Kemudian memeluknya seperti sedia kala. Tapi kali ini dia tak balas memelukku. Ia hanya membatu. Lalu satu persatu bulir air matanya mulai luruh.
Setelah lima menit berdiri di sana, Luana kemudian menabur bunga di atas pusaraku. Lalu ia pergi meninggalkan pemakaman itu.
Di dalam buket bunga itu terdapat sebuah tulisan. Tulisan Luana.
Setahun sudah. Tetapi aku tak akan pernah melupakanmu, Satria.