Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kam, Boo, dan Jaa

27 Agustus 2016   11:50 Diperbarui: 28 Agustus 2016   10:37 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yaa kesini gadis kecil. Dan bersandarlah di dadaku yang gagah.”

“Dia tak akan mendengar kita, Kam—bagaimanapun kau mencoba.”

Gadis kecil itu maju selangkah dan memandang sebentar dua pohon tua yang berdiri berdekatan di area pemakaman itu. Pohon yang rimbun—pikirnya pertama kali. Lalu ia jatuh terduduk. Dan kembali menangis tersedu.

“Jangan menangis, gadis kecil. Siapa yang baru saja meninggalkanmu hari ini?” Kam bertanya dalam desah angin.

Memang benar, gadis itu tak mendengar ucapan seorang pohon tua yang bernama Kam itu. Ia terus saja menangis dan menangis tiada henti sampai membuat seluruh bajunya basah oleh air mata.

“Toh dia akan berhenti menangis sendirinya, Kam. Tak perlu direpotkan.”

“Jangan terlalu kasar padanya, Boo. Dia masih kecil. Dia juga sendirian. Oh, sudahlah gadis kecil, semua yang hidup pastilah akan mati. Bahkan kamipun juga akan mati. Semua sudah diatur oleh-Nya. Tak ada yang perlu kau sesali dan juga tangisi,” bisik Kam tak henti-hentinya.

Gadis kecil terus saja menangis di dada Kam. Tapi kali ini tangisnya agak mereda. Dan setelah beberapa saat kemudian, ia tertidur pulas, hingga mendengkur.

“Nah lihat kan, dia berhenti juga,” ucap Boo penuh kemenangan.

Kam mengernyit. “Dia sudah lelah, Boo. Diamlah. Kau akan membangunkannya.”

Malam lalu datang, dan gadis kecil itu bangun dengan setengah terkaget. Ia menatap sekelilingnya dengan bingung. Lalu ia teringat. Ia kembali memusatkan perhatiannya kepada dua pohon tua yang telah menemaninya tertidur tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun