"Waduh!"
Arul mau tak mau membayangkan sebesar apa uang 100 juta itu. Mungkin uang itu ia bisa digunakannya untuk membeli sepeda baru, baju baru atau bahkan rumah baru. Mengingat rumah kardus yang selama ini ditinggalinya sudah berlubang dimana-mana. Ia juga tak perlu memancing dulu di kali sebrang setiap kali hendak makan. Mungkin dirinya dan Emak bisa berkeliling untuk mencicipi makanan mewah di restoran yang berbeda setiap harinya dan menenggak Capuccino di kafe terkenal seperti yang selama ini diimpikannya bersama Iwan-tetangga sebelah.
Tiba-tiba tangan Arul ikut terbenam dalam bak sampah.
"Ayo kita cari, mak."
25Agustus2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H