Sebuah doa terlantun pada hari itu.
Pada saat sejumput angin bertiup.
Dan sehelai ranting daun jatuh meluruh.
Matahari hari itu masih hangat berpendar.
Kawanan kutilangpun masih terbang melingkar.
Mengepakkan sayap berputar.
Mencari dahan-dahan baru tuk jadi tempat tinggal.
Namun angin dingin mulai bertiup laju.
Maple, beech dan deciduouspun mulai layu.
Itulah mengapanya apel dan anggur harus dipetik sebelum benar-benar jatuh.
Sebelum benar-benar luruh bersama daun yang lumpuh.
Tangan-tangan kecil terangkat dan merapal pada hari itu.
Berharap agar dedaunan yang luruh ikut meluruhkan segala sedih, benci, dan amarah di hati.
Serta berharap agar angin yang bertiup laju, meniupkan juga segala antipati, dengki dan iri dalam nurani.
Dan ketika pepohonan akhirnya kehilangan daun, bunga dan biji—hilanglah sudah segala penyakit di hati.
Menuju musim gugur, 7 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H