Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Keajaiban di Seutas Do'a

23 Juli 2016   20:56 Diperbarui: 23 Juli 2016   22:15 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Bagaimana dok keadaan suami saya? Apa hari ini telah mengalami kemajuan?” tanya seorang wanita yang memandang teduh pria yang sedang terbaring diranjang rumah sakit itu.

“Maaf bu. Tapi suami ibu memang belum menampakkan tanda-tanda kemajuan. Kondisinya tetap sama seperti hari-hari kemarin,” balas sang Dokter setelah memeriksa keadaan pasiennya.

Wajah wanita itu tampak membisu sesaat. Ia bingung untuk mengatakan apa lagi atau lebih tepatnya tak sanggup berkata lagi. Jawaban sang Dokter tak pernah berbeda—itu saja—hingga ia lelah mendengarnya.

Sang dokter pun seakan mengerti perasaan wanita di hadapannya yang tengah mengandung itu. Ia sangat berhati-hati dalam memberi penjelasan, walau akhirnya hanya itu yang mampu ia ucapkan.

“Tenang bu! Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk suami ibu.”

“Kami pun akan menambah stimulasinya bila dalam waktu dekat ini suami ibu sama sekali belum merespon. Tapi kami pun tidak tahu semua ini akan berhasil atau tidak. Mau tak mau saya katakan, ibu harus bisa menerima kemungkinan yang terburuk.”

Wanita itu mengangguk pelan tanpa berkata lagi. Satu lagi tetes air mata yang berhasil jatuh dari ujung pelipis matanya.

——

Anna kembali menatap wajah suaminya yang begitu damai. Tak terasa sudah empat bulan sang suami tertidur sangat lelap seperti ini. Entah akan bangun lagi atau akan tertidur selamanya, Anna pun tak tahu. Yang ia tahu, dirinya sangat berharap sang suami dapat kembali menemani hari-harinya seperti dulu.

Meski begitu, Anna selalu tabah menghadapi ujian berat ini. Ia tetap teguh menjalani hari-harinya dan juga tetap taat menjalankan kewajiban seorang istri pada suami. Walau kini suaminya tak dapat melakukan apa-apa lagi. Bahkan hanya sekedar bangun dari komanya, sang suami belum mampu.

Tak jarang juga wanita itu meneteskan air mata. Anna bukanlah malaikat. Ia pun sejatinya hanyalah wanita biasa yang juga menginginkan kehadiran seorang suami yang selalu bisa mendampinginya. Apalagi di saat dirinya tengah mengandung seperti ini. Tapi apa yang bisa ia perbuat? Keadaan yang memaksanya menjadi malaikat. Walaupun ia sadar, ia tak mampu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun