“Hai Jhon, aku kembali lagi, hehehe. Sudah berapa ekor yang terjebak tenun kematianmu malam ini?,” sapa Mattew sambil tersenyum ramah.
Sapa yang bukan saja membuyarkan lamunanku, tetapi juga makin menyesakkan rasa bersalahku.
“Mattew....kau sendiri? Kemana Bernard?, ”
“Bernard akan menyusul kesini. Dia menyuruhku lebih dahulu agar berkesempatan membangun jaring laba-labaku sebelum malam terlalu tinggi. Ya biar aku kebagian nyamuk juga, hehehe.”
“Mattew....aku minta maaf ya..”
“Sudahlah Jhon, lupakan. Toh aku sekarang sudah bersamamu disini kan?,”
“Terimakasih Mattew...buatlah tenunan kematianmu segera, firasatku nyamuk-nyamuk itu akan segera datang. Hahaha.”
“Oke sip. Aku memilih lokasi di kamar depan ya. Selamat memangsa nyamuk Jhon.”
Sepanjang malam itu, aku dan Mattew sibuk di sarang kita masing-masing, menunggu nyamuk yang tersesat. Hingga kekenyangan dan tertidur nyaman.
***
Pagi ini, hangat mentari terasa menembusi dinding papan kamar mandi kosong yang lama tidak dihidup air sabun dari tubuh penghuninya. Setelah tidur malam yang nikmat dengan kenyang, aku memutuskan berkunjung ke sarang Mattew.