“Mengapa kau tidak menahannya saja. Rumah kosong ini terlalu besar untuk ditinggali kita berdua Jhon. Kita harus berbagi ruang untuk bertahan hidup bukan? Jangan kau berfikir untuk menuankan salah satu dari kita. Sebagai laba-laba rumahan, kita memang terbiasa survive sendiri-sendiri tapi tidak berarti kita boleh menjadi tuan atas sesama, tidak ada raja rumah seperti raja hutan diantara kita.”
“Ingat Jhon, kau masih muda, jangan menciptakan kepatuhan yang tidak seharusnya! Atau jangan-jangan kau yang sesungguhnya tidak ingin berbagi ruang bertahan hidup dengan Mattew?.” jelas Bernard sambil menatapku dengan tajam.
Aku terus berhenti menenun benang sarangku. Terdiam.
Kau masih muda, jangan menciptakan kepatuhan yang tidak seharusnya dan membuat orang lain menjadi korban! Kata-kata ini membuatku tersentak.
Sungguh mati, aku tidak sedikit pun berniat menggunakan nama besar Bernard untuk mengamankan posisiku yang sudah betah di pojok kamar mandi. Aku hanya ingin Mattew tidak berurusan dengan Bernard yang pernah menyabung nyawa dengan semut api yang terkenal ganas itu.
“Aku akan pergi mencari Mattew, mengajaknya untuk berbagi ruang disini. Dan kau Jhon, cepat bereskan tenunanmu, sebentar lagi malam datang.”
Ah, Bernard ternyata berhati mulia. Aku telah salah menduganya.
Ku pikir keberhasilan dia memenangkan pertaruhan nyawa dengan semut api itu membuatnya pongah dan sok. Ternyata ia masihlah seorang laba-laba yang meyakini sesamanya memiliki kapasitas survivenya sendiri-sendiri. Ia juga masih sudi berbagi ruang hidup dengan laba-laba lain yang masih bingung dengan lokasi sarang mereka.
***
Aku sedang duduk dengan rasa bersalah sembari menunggu kedatangan Mattew dan Bernard. Aku telah melakukan kesalahan dengan menggunakan alasan yang salah hingga membuat Mattew harus pergi mencari rumah kosong yang lain.
Seandainya tadi aku tidak bersikap begitu, barangkali sekarang kami sedang bersama menunggu nyamuk-nyamuk yang tersesat di rumah kosong ini.