Sampai di titik ini, menjadi FANATIK bagi saya jelas bukan pencapaian. Ia lebih mirip teguran dari dalam diri sendiri. Sekurang-kurangnya dengan menyadari beberapa hal berikut.
Pertama, statistik di atas bukanlah ukuran bagi pencapaian dalam menulis. Dalam batas tertentu, statistik ini bisa menjadi penjara kuantitiatif. Ia menggeser energi produktivitas, misalnya, kepada identifikasi tujuan secara salah. Semacam "berbohong dengan statistik" dalam bentuk yang lain.
Kedua, dalam kaitan panjang dengan perkara di poin pertama, kepenulisan adalah proses panjang sepanjang nafas dikandung badan. Karena itu juga, yang semacam ini adalah pergulatan yang senyap, tak cuma panjang saja. Dengan kesenyapan ini, ia tidak lagi mencari-cari validasi eksternal.Â
Ketiga, tak ada resep yang langsung bisa dipakai (ready to use) untuk menjaga proses yang konsisten dalam kepenulisan. Semua dinamika proses, baik yang terjadi di level Debutan atau Maestro, memiliki kerumitan-kerumitan tersendiri. Cara mengelolanya pun akan sama berbeda. Maka temukanlah caramu sendiri.Â
Sebagai bagian terakhir dari artikel pendek ini adalah sebuah kutipan. Kata-kata ini mengutip Neil Asher, seorang penulis fiksi sains dari Inggris yang super produktif.
Neil Asher bilang begini. Bagi saya, proses menulis sama dengan proses membaca. Saya ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Jadi tak cuma menjaga konsistensi dalam prosesnya, yang juga menyenangkan dari menulis adalah "sisi yang misterius" dari serangkaian proses yang sedang ditekuni.
Indah, bukan? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H