Sesekali, di tengah kedisiplinan tingkat tinggi, Yildzi dan Conceicao membuat manuver kecil yang memaksa Walker dan Gvardiol tidak berfungsi seperti yang semestinya. Dua bek ini hampir tak terlihat di area pertahanan Juventus.Â
Kredit lainnya adalah daya jelajah Locatelli yang tanpa lelah; energi yang sempat meredup kala bersua Bologna. Locatelli berhasil menjadi jembatan yang stabil di antara lapangan tengah dan belakang.Â
Dan, 4 bek di belakang adalah barisan kokoh yang tanpa kesalahan. Savona di kanan, yang masih muda usia, tampil sebagaimana bek berpengalaman dengan konsentrasi tinggi.Â
Gatti dan Kalulu sangat solid, tak ada drama dan membuat Haaland seperti hantu: nama tanpa sosok, keangkeran dalam desas-desus. Adapun Danilo yang bangkotan ini melengkapinya dengan ketenangan.Â
Outputnya Juventus tak memproduksi blunder, kesalahan intercep atau kesempatan untuk penalti.
Sebaliknya, Bruyne, dkk, dibikin kehilangan kreativitas. Mereka jarang sekali berhasil membuat manuver dari sisi kiri dan kanan, tak banyak ujicoba tembakan dari luar kotak 16, dan Haaland seperti yang sudah disebut sebelumnya.Â
Di Allianz Stadium, Man City hanya terlihat menguasai bola tanpa kemungkinan. Seolah bekerja tanpa pencapaian.
Pada paruh babak sisa, sejatinya Juventus tidak banyak berubah. Mereka tetap disiplin, efektif dan klinis. Bedanya, kali ini pendekatan non-dominan membuahkan hasil nyata di menit 53 dan 75.Â
Vlahovic yang tak banyak menyentuh bola berhasil menyundul umpan Yildiz dari ruang sempit yang dijaga Gvardiol dan Walker. Striker yang menjadi satu-satunya tumpuan ini terbukti klinis, tak cuma dingin.Â
Lalu, 20 menit kemudian, gantian duo Amerika menghadirkan malapetaka indah melalui skema serangan balik brilian. Dalam skema ini, kejelian Danilo melihat posisi McKennie yang kosong adalah kunci dari transisi yang sukses.Â
Kunci kedua adalah keberhasilan pergerakan Vlahovic ke tiang dekat yang membuat McKennie berdiri bebas ketika menjatuhkan diri sembari melakukan tendangan volley dalam jarak dekat. Ederson lagi-lagi tak bisa menjadi orang terakhir yang menyelamatkan gawang.Â
Gol kedua Juventus adalah eksekusi ala Catenaccio yang tak cuma mematikan, tapi brilian. Ini membuktikan bekerjanya gameplan Motta seperti kata-katanya sendiri.