Bunyi persneling diinjak, gas dikendurkan. Sebuah motor berhenti.
Tok...tok..tok.
Tok..tok..tok.
Tak ada langkah kaki.
Tok...tok..tok.
Lampu masih padam, horden belum direntangkan. Jendela itu memang tak pernah dibuka. Tak banyak cahaya berpendaran.
Tak ada suara. Tak cukup tanda kalau ada yang sudah bangun di dalam.
Siapa yang mengetuk sepagi ini?
Hening saja. Tapi tidak ada yang berlalu, masih menunggu.
Suara langkah mendekati pintu dari dalam rumah. Kreek..kreek. Putaran kunci.
"Kak, maap nih. Bang Boy ada?" Perempuan, muda. Wajahnya bundar.
Wajah ini pernah sekali singgah ke sini. Siapanya Boy?
"Ooh, lagi ke kampung...Eh, ini apaan?"
Plastik hitam besar membungkus sebuah benda persegi. Disandarkan di dinding, sepertinya sudah bersiap balik kanan. Mungkin nanti akan menitip pesan saja--barang sudah diantar.Â
"Oh iya. Ini speaker saya. Mau dititip di sini dulu, hehehe." Cengengesan.
 Diam sebentar. Dua tatap bertemu, penasaran dan berharap.
"Ya sudah, dimasukin saja."
"Baik Kak."