Yildiz baru 19 tahun. Cambiasso baru 24. Nicolo Savona baru 21. Kalulu di umur 24. Vlahovic? Baru 24!Â
Rerata usia muda ini lantas ditopang oleh adanya strategi transfer yang relevan dengan filosofi yang diusung. Tak sekadar cuci gudang besar-besaran, melego Federico Chiesa ke Liverpool, endingnya menghasilkan komponen skuad yang timpang.Â
No, cara kerja Cristiano Giuntoli tidak begini!
Koopmeiners, Gonzales dan Conceicao adalah darah segar yang membuat cara menggigit Si Nyonya Tua lebih mematikan bagi titik rawan sistem bermain lawan.Â
Belum lagi sosok Kalulu yang dipinjam dari Milan, langsung menjadi opsi utama. Dan Di Gregorio yang membuat tambah kukuh gawang Juventus.
Berikutnya, dari kombinasi transfer dan ketersediaan stok berusia muda, ciri yang bisa ditegaskan, Juventus Baru adalah komponen yang melengkapi.Â
Tak memainkan Locatelli yang sukses sebagai jangkar, ada Fagioli yang tenang, mampu mengatur tempo dan stabil sepanjang 90 menit. Opsi rotasi ini diperkaya adanya Kephen Thuram yang condong agresif dan Douglas Luiz yang identik sebagai pengatur tempo.Â
Sama halnya di barisan belakang. Ketika Bremer terpaksa diganti, Gatti adalah garansi bertahan yang sama kokohnya melindungi kotak 16 tanpa menerapkan setelan kepanikan dan sapu bersih.
Bersamaan dengan ini, jangan anggap sepi perubahan McKennie. Setelah hampir terlempar dari skuad di pembukaan musim, pemain nasional AS ini tengah bertransformasi sebagai opsi multiguna: sebagai gelandang tengah, mantap. Sebagai winger, fungsional juga.Â
Kesimpulan besarnya begini.Â
Thiago Motta tak semata sedang mengubah filosofi Juventus lama secara fundamental. Yang tak kalah menariknya, di dalam alur perubahan ini, para pemainnya berkembang ke arah optimalisasi yang mengubah identitas lama mereka.Â