Dan, sepak bola menampung alirannya dari cabang-cabang Indonesia yang tak lagi cukup sebagai Sabang-Merauke, Miangas-Pulau Rote.
Maksudku, Seperti Jatuh Cinta di Film-film, trauma lampau tidak boleh membuat hari ini pantas berakhir payah. Sekalipun kita percaya, tidak semua akan baik-baik saja--kita tidak di surga.
Sebab ini jualah, mari tengok satu peristiwa. Cermati barang sebentar lagi.
Jay Idzes, namanya, seorang yang memilih jalan seperti Paes. Berjanjilah dia di hadapan ribuan manusia, "Kami bermain untuk kalian. Kami bermain untuk membuat kalian bangga."
Kata-kata ini, sungguh sangar, tajam & menancap dalam. Mungkinkah Idzes adalah suara terjujur hati kita sendiri bagi orang-orang yang ingin kita bahagiakan setiap hari?
Manusia dikutuk membuat bangga dengan segala rupa ketidakmungkinannya. Namun justru karena ironi semacam ini, manusia tidak akan menjadi malaikat. Manusia adalah dia dengan cinta yang paling bekerja keras dalam kefanaannya.
Dan, hidup juga bukan pengulangan nasib Icarus, bahkan ketika kamu kehilangan ambisi.
Lagi pula, di hari-hari yang tak selalu bisa dimengerti dengan melihat terus ke belakang, ada puisi yang kamu baca atau senandung yang kamu putar berkali-kali.Â
Celakanya, seringkali, hatimu tetap saja kacau.
Kamu merasa diwakili, tapi tidak boleh sebagai drama berseri. Nasib hanyalah lanskap terbuka bagi macam-macam benturan, tak cuma perjumpaan.
Tidak ada resep yang tunggal, termasuk ketika kamu telah pula sepuh, hidup melewati tiga zaman, dan politik masih saja seperti bertahun-tahun yang di belakang sana.Â