Hasilnya tak banyak membantu. Jadi, saya terdiam saja di laman Youtube. Membiarkan algoritmanya bergerak, membawa perjumpaan pada video klip sebuah band pop.
Heh...
Sebisa dirimu mengkhianatiku
Yang mencintaimu dalam hatiku... Â
Video klip 4 menit 29 detik itu dipublis oleh akun Ario Tamat, sekitar 15 tahun yang lalu. Saya memutarnya, mendengar dengan seksama barisan lirik melow yang sangat pendek beserta aransemennya yang sederhana.
Lirik yang jauh dari puitis, aransemennya bahkan terlalu sederhana bagi mereka yang baru bisa memainkan kord dasar C-F-G.
Eh, tiba-tiba saya seperti dikembalikan 15 tahun ke belakang. Persisnya di tahun 2009, bulan Desember di Manado.Â
Langit Manado kala itu sedang digelapi malam, baru saja usai gerimis. Jalanan basah, lampu kendaraan saling bersilangan. Saya sedang berada di dalam sebuah angkot yang melaju lambat di ruas jalan Piere Tendean atau Boulevard I.
Angkutan itu memiliki interior layaknya ruang sebuah diskotik, memainkan warna-warni meriah namun didominasi gelap.Â
Interior semacam ini adalah sejenis tempat untuk bersembunyi di tengah riuh. Mungkin saja, dalam batas tertentu, berguna sebagai tempat anak manusia melepas diri yang tidak ingin diketahui orang-orang.Â
Saya tidak sendirian. Ada seorang sahabat yang duduk di bangku sebelah.
Saya sedang kelelahan sesudah serangkaian kegiatan nasional yang menyita pikiran dan ketahanan fisik. Sungguh-sungguh butuh kasur yang empuk di dalam kamar yang bersih dan tenang.Â