Ketika menjadi juara di Piala Dunia 2006, Italia punya Buffon di depan gawang serta Cannavaro dan Materazzi. Sedangkan di Piala Eropa 2020, kita sudah tahu siapa duet di garis belakang.Â
Pada pokoknya, tanpa terbangun senyawa yang kuat barisan belakang, Italia selalu akan berhadapan dengan nasib yang sempoyongan, selain kehilangan cirinya yang paling fundamental: seni bertahan tingkat tinggi.
Sekuat-kuatnya Italia berusaha menyerang, lini belakang adalah fondasinya. Ini adalah perkara ketiga.
Tiga perkara yang mengondisikan "kematian yang niscaya" dari Italia di Piala Eropa 2024.Â
Penutup. Spalletti masih memiliki dua tahun membangun tim untuk Piala Dunia.Â
Kegagalan di tahap awal jelas membuatnya berada dalam tekanan, tak cuma keraguan. Namun di saat yang bersamaan, kondisi semacam ini dibutuhkan untuk membuat proyek Italia paska-juara Piala Eropa kedalam kerangka yang lebih progresif lagi.Â
Beri saja waktu dan kesempatan. Dan, terutama bagi fans Juventus, bahwa statusnya sebagai "Kekasihnya Italia"hanya akan kembali jika proyek Thiago Motta berhasil di musim perdananya.Â
Tunggu saja Luciano Spalletti bekerja. Forza Italia!Â