Insigne adalah sebuah ciri yang redup di Italia. Sesudah era Roberto Baggio, lantas ada Alessandro Del Piero dan Francesco Totti, siapa yang memainkan gaya seperti mereka di 4 tahun terakhir ini?Â
Spalletti memang punya nama-nama yang merupakan alumnus edisi Juara Eropa 2020: Donnarumma, Bastoni, Di Lorenzo, Jorginho, Cristante, Barella hingga Chiesa. Nama-nama mewakili modalitas dari masa lalu atau penjaga garis keseimbangan antara tradisi dan pembaharuan.
Pelatih berkepala plontos ini tetap menyertakan debutan muda yang sedang naik daun dari ranah domestik: Calafiori (22), Gatti (24) dan Fagioli (23)--tapi mengapa mesti menggeret bangkotan seperti Stephan El Shaarawy adalah perkara yang cuma diketahui Spalletti.
Kombinasi senior juara dan anggota baru membutuhkan tahapan yang disebut adaptasi dan penemuan chemistry.
Inilah inti perkara kedua. Skuad yang berubah, gaya yang sedang dalam ujicoba awal, dan musim yang jelas berbeda.
Kemudian, di tengah keterbatasannya, Italia kali ini adalah sedikit sekali bernuansa Juventus dan Milan--dua klub yang karena kontribusinya memberi pemain kepada timnas sampai dijuluki "la Fidanzata d'italia".
Bagi beberapa orang, tim ini terlalu Inter-minded. Namun, bagi saya, tak ada yang perlu dibesar-besarkan dengan opsi ini.
Inter Milan adalah juara domestik. Bastoni, Di Marco, Barella dan Darmian layak ada di sini.Â
Masalahnya adalah sesudah era Bonucci-Chiellini yang bermain bersama di Juventus bermusim-musim, Spaletti harus menciptakan sistem yang menguatkan senyawa di antara Bastoni dan Califiori atau Gatti-Califiori menuju edisi Piala Dunia 2026.Â
Mengapa ini menjadi sorotan?Â