Selain itu, bagaimana perkara pipis sebagai ihwal yang puitis barulah satu perkara. Apa yang puitis itu bukanlah variabel tunggal.Â
Bagi yang sehari-hari bolak-balik ke toilet di rumah sendiri, Pengalaman Kencing yang Bermartabat di Bumi Serpong Damai sebenarnya sedang mengungkap sejenis "totalisasi yang senyap" dari bilik toilet.Â
Toilet adalah tempat dimana orang datang untuk membuang dan bergegas pergi. Membuang sesuatu dari dirinya sendiri lantas ingin cepat-cepat melupakannya.Â
Sekarang ini, toilet di ruang publik, adalah sebuah tempat dimana teknologi menampilkan daya genggamnya yang melintasi batas-batas tradisional. Ia bukan saja menciptakan model baru penarikan surplus (: ongkos pipis dengan QRIS), tetapi juga menaikkan standar kenyamanan tertentu.
Pipis bukan saja tak lagi gratis, ia telah melampaui imajinasi lama dari toilet dan pengalaman pipis di ruang publik. Dan, baru Engkong Felix yang menyadari itu sebagai gejala sosiologis.Â
Pipis kok jadi terasa melankolis. Humornya dimana??
***
PESAN DARI ADMIN:
Konten Anda yang berjudul "Pipis Sakti Engkong Felix" akan ditinjau ulang sebelum ditayangkan untuk sekadar memastikan tidak menimbulkan dampak yang kurang baik bagi interaksi di Kompasiana. Kami akan memberikan notifikasi apabila konten tersebut layak atau tidaknya untuk tayang. Terima kasih.
-----
Tulisan ini hampir berubah menjadi horor, padahal sebagai humor saja dirinya terancam gagal. Huh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H