Perempuan-perempuan ini berusaha mendorong ruang yang lebih setara dalam relasi kuasa bisnis dan pengambilan keputusan organisasi, tetapi bukan tidak dimaksudkan membuat sistem Shelbysme bekerja dengan daya dorong yang lebih humanis, penuh kasih. Walau, Thomas Shelby tetap mengalokasikan dana untuk perlindungan anak-anak miskin, itu seperti kamuflase saja.Â
Keenam, keberadaan institusi "negara centeng", yang gemar mengobral kekerasan dan kepatuhan dengan menggunakan tangan-tangan kelompok gangster. Unit terdepan dari operasi ini adalah kepolisian dengan satuan intelijen sebagai poros komandonya.Â
Mereka terhubung kepada inti elite di London, pada seorang Winston Churchill yang Sekretaris Negara. Terlepas dari kehadiran sosok Winston Churcill yang menimbulkan kontroversi, logika cerita yang menjadi ide dasarnya adalah kontestasi dan kekerasan yang tumbuh di ranah masyarakat sipil tak berdiri di luar intervensi negara; kalau bukan malah disponsori negara.Â
Ketujuh, di tengah perubahan industrial, kekerasan antar gangster, kemiskinan dan militerisme yang eksesif, Shelbysme dalam Peaky Blinders adalah wujud dari ikatan keluarga yang sangat kuat. Keluarga selalu menjadi sentral dimana Thomas Shelby memulai atau kembali di masa keterpurukan.Â
Solidaritas berbasis hubungan darah ini menjadikan Thomas Shelby layaknya seorang Don (Godfather) dalam kelompok mafia tanpa secara intens menampilkan etik Vendetta dan Omerta dalam aksi-aksinya.Â
Kekerasan adalah wajah publik seorang Thomas Shelby, namun wajah domestiknya adalah pria dengan perlindungan yang total bagi keluarganya.
Kedelapan, pragmatisme yang Machiavelistik. Di satu sisi, watak semacam ini membentuk hubungan antar gangster. Mereka tiba-tiba bersekutu, berkhianat dan pecah aliansi, lantas saling memangsa-memusnahkan.Â
Keuntungan material dan teritorial adalah pengikat dan daya dorongnya, sebab itu juga, ia mewakili bentuk kuasa politik yang bengis sekaligus absurd.
Dan sebagaimana operasi centeng di atas, di sisi yang lain, negara adalah bagian yang turut mengurapi pelestarian watak Machiavelistik. Dalam ungkapan Thomas Shelby, pada dasarnya kita semua adalah pelacur. "We just sell different parts of ourselves."Â
Kesembilan, kostumnya. Peaky Blinders menampilkan karakter kostum yang kuat, kalau bukan "ikonik".Â
Konstum berupa topi bergaya Vintage yang diselipi silet, sepatu boot, rompi kulit, rokok dan alkohol meleburkan representasi dari kelas pekerja, gangster, hingga irama keseharian Small Heath, Birmingham 1900-an yang keras. Karena itu ia tidak sebatas sekadar fashion yang tumbuh dalam kultur gangster.Â