Politik komedi mengingatkan bahwa negara beserta aparatusnya, sebagaimana demokrasi, adalah proyek kehidupan berbangsa. Ia berkemungkinan tersesat, salah kelola bahkan sumber malapetaka kolektif. Â Â
Penutup. Politik komedi dibutuhkan karena menelanjangi paradoks dari keberadaan masyarakat, rasionalitas, dan demokrasi modern.Â
Salah satunya dengan cara menyindir dan mengolok-olok demokrasi bagi orang-orang kaya, gagah, asing dari jelata namun di musim Pemilu, tiba-tba seperti badut yang tragik. Di dalamnya, pemujaan dalil pemilih rasional juga ditertawakan dengan ironik.
Sebab itulah, proses politik komedi adalah menguatkan kebudayaan demokrasi. Menguatkan nilai-nilai seperti inklusivitas, partisipasi, dan kritis melalui medium komedi yang mengakarkan demokrasi.Â
Dan itu bisa dimengerti sebagai wujud strategi kebudayaan jelata menghadapi dominasi segelintir elite politik.Â