Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jasa Warung Kecil dalam Dua Sumbangsih

3 Oktober 2023   10:04 Diperbarui: 5 Oktober 2023   07:40 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Kecil di Pemukiman | naviri.org

Kemudian di setiap akhir bulan, ketika negara sudah membayar lelah ibu saya, utang-utang itu dibereskan.

Lambat laun, seiring waktu, cerita perjumpaan, dan pada akhirnya perpisahan, ibu saya tetap memelihara komunikasi dengan pemilik warung yang baik hati itu. Ibu saya yang sudah bermukim di Kulonprogo, Yogyakarta tetap tahu jika si Rizki sudah bekerja di sebuah bank dan menetap di sebuah kota di Papua. 

Belakangan, Ibu saya memberi tahu jika Mama Rizki sudah meninggal. Ia dimakamkan di kampung halamannya, Kawangkoan, Minahasa.

Dari Jayapura, warung berjasa ini adalah saksi dari tetangga kami yang baik. Lebih dari fungsi sosial yang menyangga kesibukan ibu yang bekerja di luar rumah, mereka adalah tetangga yang menjaga harmoni sosial dalam kehidupan umat beragama yang majemuk.

Kedua, ketika warung sederhana ini bekerja sebagai penyelamat di masa-masa menempuh studi perguruan tinggi di Manado, Sulawesi Utara.

Warung ini dikelola keluarga dari Sangihe sekaligus keluarga Kristiani yang taat. Mereka memiliki kos-kosan dimana saya adalah salah satu penghuninya. Seperti kepunyaan Mama Rizki di Jayapura, warung ini hanya menjual barang keperluan sehari-sehari. 

Saat itu, setiap bulannya, saya hanya memiliki uang kiriman sebesar Rp300.000/bulan. Untuk membayar kos/bulan sebesar Rp.200.000. 

Menjaga makan yang normal seminggu pertama sebesar Rp100.000. Biasanya dengan makan nasi campur di warung depan gang. Sisanya membeli buku-buku tua yang murah, seperti yang sudah terabadikan ceritanya di Toko Buku Tua dan Tiga Perkara yang Musnah Bersamanya.

Jadi, bagaimana saya menjalani tiga minggu tersisa setiap bulan?

Hanya ada satu opsi yang masuk akal. Saya berutang Supermi Rasa Ayam Bawang di tiga minggu terakhir nyaris selama dua tahun di muka. 

Bukannya mengabaikan kritik George Aditjondro terhadap monopoli gandum dan kritik pangan di balik banjir mi instan. Namun kepraktisan, harga murah dan tidak kelaparan adalah musababnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun