Apa yang abadi dari semenjana,
ketika sisanya adalah masa muda
yang tidak pernah berbahaya?
Tidak banyak.
Seperti denting dingin di sebuah lonceng,
ia menyampaikan sepi yang lirih. Ada tarian hujan,
tapi ia cuma memiliki kesepian.
Apa yang pergi dari semenjana,
ketika sisanya adalah gairah muda
yang tidak pernah lelah?
Ada, hanya beberapa.
Seperti udara kering di akar ilalang,
ia bertahan. Di antara mengikuti mati,
merawat api. Menguji nyali.
Apa yang tidak kemana-mana,
dan tidak pernah disesali?
Di nafas usai,
di batas semenjanaÂ
ia berdamai.
/Kaki KlabatÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H