Setelah bekerja selama 3 tahun, proyek yang menghimpun fisikawan dan membuat kota baru ini berhasil melakukan ujicoba di bulan Juli, 1945. Bom atom pertama ini disebut Trinity. Sebulan kemudian, persisnya pada tanggal 6 dan 9 Agustus, Hirosima dan Nagasaki di Jepang dihajar dengan bom atom buah proyek ini.Â
Jepang menyerah dan di tanggal 17 Agustus, Indonesia menyatakan kemerdekaan lewat proklamasi sederhana yang dipimpin Soekarno dan Hatta, di Jakarta.Â
Fase kedua dalam film ini adalah masa dimana Oppenheimer menjalani persidangan politik sesudah sukses besar Proyek Manhattan. Masa-masa paska-1945, ketika ia menghadapi serangan politik dan tuduhan sebagai spionase yang bekerja untuk pemerintah Soviet.Â
Sebagai sosok yang disebut "Bapak Bom Atom alias Father of the Atomic Bomb", periode ini adalah konsekuensi dari kegigihannya menentang rencana pengembangan bom hidrogen, isu yang sudah muncul dalam "masa-masa Manhattan".Â
Sikap oposan ini memicu kemarahan beberapa faksi di dalam tubuh militer dan pemerintahan Amerika Serikat. Selain itu, Oppenheimer juga sering melobi pemerintah untuk melakukan kontrol terhadap perlombaan dan penggunaan nuklir.Â
Di masa ini, kedekatannya dengan jaringan aktivis komunis di masa lalu adalah sasaran tembak yang utama. Terlebih, ia pernah memiliki kekasih bernama Jean Tatlock sebelum menikahi Katherine. Dia mesti menghadapi serangan politik yang tidak mudah.
Di masa ini, kita mengetahui jika bahwa politik Amerika Serikat tidak sebatas berambisi mengambilalih kontrol atas dunia sesudah masa-masa imperialisme Barat yang dipimpin oleh Inggris, Spanyol, Portugis, Perancis dan Belanda.Â
Namun juga, di dalam rumah, politik Amerika Serikat sangat agresif terhadap kelompok-kelompok komunis dan mengidap rasisme yang mengerikan. Salah satu tokoh kunci di balik operasi represi dan pemberangusan ini adalah John Edgar Hoover (1895-1972), sang pendiri Federal Bureau of Investigation (FBI).
Dari dua fase besar biografinya, kita mendapati kesimpulan bahwa cerita Oppenheimer adalah pergulatan seorang ilmuwan (fisikawan nuklir, persisnya) di tengah kemunculan tata dunia baru yang menegaskan hegemoni global Amerika Serikat.
Dalam masa ini, kita menyaksikan perselingkuhan antara sains dan (ambisi) kekuasaan yang bekerja menghasilkan perang yang brutal, bahkan mengancam kehidupan di muka bumi.Â
Di balik dinding laboratorium, prosedur, dan formula teoritis yang dirumuskan dengan jenius ketika melahirkan bom atom, ada tangan-tangan kekuasaan yang membiayai dan mengarahkan penggunaannya. Lebih berbahaya lagi, semua ini dibungkus atas nama ancaman terhadap keamanan nasional, demokrasi dan perdamaian dunia.Â