Final Liga Eropa.Â
Di ajang kasta dua Eropa ini, Italia meloloskan dua tim yang di level domestik sedang terseok-seok. Juventus dan AS Roma. Namun Sevilla masihlah terlalu kuat, seolah-olah kuasa yang tak tersentuh.
Pada partai pamuncak yang digelar di Puskas Arena, AS Roma lebih dulu mencuri gol lewat Dybala di menit ke-35. Namun sepak bola dengan dosis bertahan (Roma hanya memiliki penguasaan bola sekitar 30%), Sevilla membuat tim ini tidak lebih baik dari cara bermain Juventus yang disingkirkannya di semifinal.
Satu-satunya yang membuat mereka sedikit lebih baik dari taktik Allegri adalah Dybala, dkk berhasil memaksakan adu penalti sebagai penentu sang juara. Terlepas dari kepemimpinan wasit Anthony Taylor yang membuat Mourinho mencak-mencak, Roma belum layak secara mental.Â
Final Liga Konferensi.Â
Di liga untuk kasta paling bawah Eropa ini, pertunjukan sepak bola yang sengit terjadi. Fiorentina yang selalu saja kesulitan keluar dari zona mid-table team berhadapan dengan West Ham yang senasib sepenanggungan. Dalam batas tertentu, kedua tim ini adalah riwayat yang bertahan agar tidak terlempar ke zona degradasi.Â
Di Eden Arena, Praha, kedua tim bermain dengan energi yang meluap-luap. Ini satu-satunya kesempatan meraih gelar Eropa, mengingat posisi di klasemen yang masih saja semenjana. Fiorentina sesungguhnya sangat dominan.
Situs footystats.org merangkum data jika tim berjuluk "La Viola" ini memiliki penguasaan bola hampir 70%. Mereka juga melakukan 13 tembakan, sedang West Ham hanya 7 kali tembakan. Namun anak asuh pewaris Sir Alex Ferguson yang gagal total di Manchester United, David Moyes, bermain solid dan efektif.Â
West Ham berhasil mengakhiri permainan dan mengunci gelar dengan gol di menit 89. Fiorentina kembali ke Italia dengan tangan hampa. Hasil ini menyempurnakan kegagalan meraih trofi setelah sebelumnya dikalahkan Inter Milan dengan skor yang sama 1:2.Â
Dari tiga level kompetisi yang mempertemukan klub-klub Eropa ini, Serie A berhasil menempatkan tiga wakilnya di partai pamungkas. Ketiganya memang gagal meraih gelar. Lantas dengan pencapaian ini, refleksi apa yang bisa dipertimbangkan?
Sesudah menang melawan Inter Milan, Pep Guardiola berujar jika keberhasilan Serie A mengirimkan tiga wakilnya bukanlah kebetulan.Â