Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Jhon Wick: Chapter 4", Hantu yang Mencari Makam Hingga ke Paris

24 Maret 2023   09:16 Diperbarui: 25 Maret 2023   12:30 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan pernah menilai seseorang (pria) yang aku kenal melebihi umurmu - Shimazu Koji kepada Akira, anak perempuannya yang meragukan John Wick

Sebuah Klimaks. Di hadapan matahari yang merangkak naik di langit pagi kota Paris, Jhon Wick akhirnya terduduk di sebaris tangga. Ia hanya mengenang cintanya yang hakiki sebelum terbaring dengan tiga luka tembak. Seusai ini, di nisannya yang sederhana, tertulis John Wick, Loving Husband.

Tapi kita tidak pernah benar-benar yakin yang tertidur di balik nisan, di samping jasad Helen, adalah suaminya. Jardani Jovanovich alias Jonathan Wick. 

Seorang yatim piatu yang dilatih menjadi pembunuh handal. Seorang dengan komitmen yang tangguh. Seorang dengan kengerian di setiap aksi-aksinya--ia bahkan bisa membunuh dengan sebatang pensil. Dan yang paling utama adalah seorang pria dengan cinta yang tak bisa ditawar, apalagi ditukar tambah. 

Jangan pernah lupa kalau alasan dia bertahan sejauh ini karena hidup yang patah hati tetap harus dilanjutkan. Agar ada jiwa yang tetap mengenang kisah cintanya dengan Helen. 

Dia bertahan melewati segala macam kekerasan dan brutalisme karena bukanlah kematian itu sendiri sebagai perkara yang paling ditakuti; alasan bagi "absurditas", misalnya. Tapi karena orang-orang yang telah menerima kematianlah yang layak menjalani hidup.

***    

Perpisahan Filosofis. Jhon Wick: Chapter 4 telah tayang di bioskop tanah air dan segenap penasaran sesudah "Parabellum" yang sukses itu terpenuhi (saya telah menulisnya di John Wick-Parabellum dalam Lima Catatan).  Ketika melihat posternya dengan berlatar menara yang dirancang Gustave Eiffel, pertanyaan ini terus muncul, apa yang dikerjakan Jhon Wick di Paris?

Kita bisa berandai-andai demikian. Paris adalah salah satu daya dorong yang membentuk peradaban manusia. Tempat ini bukan saja melahirkan para pemikir sekaligus bangsawan dan penakluk. Pendek kata, dari Paris, dunia manusia belajar tentang kebebasan, revolusi dan bagaimana tirani akan tumbang.

High Table yang membesarkan Jhon Wick pada akhirnya adalah sejenis tirani yang bekerja dari balik layar; sejenis "secret society". Kali ini, dengan mengangkat Marquis Vincent de Gramon, mereka menginginkan aksi penghabisan yang menyeluruh.  

"Jhon Wick adalah hantu yang sedang mencari makamnya." Marquis Vincent de Gramon menyadari benar situasi yang sedang dihadapinya.

Sebagai figur yang ditugaskan mengembalikan kewibawaan organisasi paska-aksi balas dendam John Wick, dia tidak sebatas membereskan perkara dengan jiwa yang hanya mungkin mati dengan cara yang paling hebat. Oleh karena itu, jika kekerasan adalah metodenya, maka kekerasan terbaiklah yang harus digunakan.

Ada Caine, seorang eksekutor andal, buta juga teman lama John Wick untuk perkara ini. Selain mobilisasi para pembunuh bayaran dengan iming-iming hadiah yang mahal--metode yang selalu gagal menghentikan Wick sejak kembali dari masa pensiun.  

Tapi, definisi situasi paling tajam yang dimaknai Marquis de Gramon dari balas dendam ini tidak cukup perihal jiwa-jiwa yang telah melampaui ketakutan akan kematian. 

Baginya, sepak terjang si duda yang malang ini telah menjadi arus balik yang menciptakan krisis dalam sistem yang mapan. Bukan lagi resistensi yang paling keras menghajar inti High Table. 

Bagaimana jika ia menjalar, berlipat ganda, dan menggulingkan tatanan? 

Definisi situasi kedua yang sama tajamnya adalah alasan mengapa dia menghancurkan hotel Kontinental New York yang dipimpin Winston Scott.  Laki-laki pesolek ini bilang bahwa hotel Kontinental cabang New York bukan lagi sebuah tempat, tapi sebuah gagasan tentang John Wick. Hotel tersebut adalah rumah bagi pikiran-pikiran yang berbahaya "sang excommunicado". 

Di tempat ini, John Wick, Winston hingga Charon (penerima tamu yang diperankan Lance Solomon Reddick yang baru wafat 17 Maret 2023) pernah bersatu dalam pertempuran sengit melawan utusan High Table dimana Yayan Ruhian dan Cecep Ali Rahman ikut bermain sebagai Shinobi. Kita terus diingatkan pada pepatah Latin, "Si vis pacem, parra bellum". 

Dari, sekurangnya, dua definisi terhadap perjalanan John Wick sembari mengenang riwayatnya yang kelam dan brutal sejak edisi perdana, Chapter 4 adalah semacam perpisahan yang filosofis. Mungkin karena itu, John Wick diputuskan berakhir di Paris.

Sisanya, film berdurasi 169 menit ini tetaplah panggung bagi brutalisme yang keji. Kepala yang ditembak dari jarak dekat, tubuh yang remuk dihantam mobil atau leher yang berderak patah sesudah membentur ubin dengan keras masihlah pertunjukan utama. 

Kehadiran Donnie Yen sebagai Caine maupun Scott Adkins sebagai Killa memberi sedikit kontra-elemen terhadap karakter petarung John Wick yang dikenal mahir menggunakan pistol, bantingan dan pertarungan jarak dekat. 

Caine yang buta namun mahir menggunakan pistol dan pedang, sedang Killa yang bongsor ternyata memiliki sedikit kungfu yang bisa menciderai. Namun, John Wick sejak edisi awal adalah tekad yang telah mengatasi rasa sakit tubuh. 

Adapun kehadiran anasir Jepang, lewat Shimazu Koji yang diperankan Hiroyuki Sanada sebagai manager dari Kontinental Tokyo lebih sebagai sebuah lokasi transit dari jaringan pertemanan lama John Wick. Tidak terlalu banyak yang dieksplor dari perjumpaan ini. 

Sedikit komedi memang coba ditampilkan walaupun rasanya kurang mulus. Tidak seperti yang bisa disaksikan di tengah brutalisme ala Deadpool, misalnya.

Puncaknya adalah lanskap yang melatari adegan terakhir dalam mengiringi kematian John Wick, andai ia benar-benar mati. 

Adalah fajar yang menyingsing di tengah duel cara kuno lewat adu tembak jarak dekat. Persahabatan lama Caine dan Wick menjadi sumbu yang lebih kuat dari sekadar ketaatan pada perintah High Table. Kekasih Helen yang malang ini akhirnya mencapai kebebasan yang telah diperjuangkannya dengan jejak darah dimana-mana. 

Kematian yang heroik di hadapan fajar seperti mengisyaratkan era yang baru, atau bakal berlanjut. Walau, bagi saya, adalah lebih baik jika Jhon Wick bersemayam selamanya di Chapter 4. Sebagaimana pendahulunya, Ip Man.  

Selamat menjalani ibadah puasa, gengs.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun