"Jhon Wick adalah hantu yang sedang mencari makamnya." Marquis Vincent de Gramon menyadari benar situasi yang sedang dihadapinya.
Sebagai figur yang ditugaskan mengembalikan kewibawaan organisasi paska-aksi balas dendam John Wick, dia tidak sebatas membereskan perkara dengan jiwa yang hanya mungkin mati dengan cara yang paling hebat. Oleh karena itu, jika kekerasan adalah metodenya, maka kekerasan terbaiklah yang harus digunakan.
Ada Caine, seorang eksekutor andal, buta juga teman lama John Wick untuk perkara ini. Selain mobilisasi para pembunuh bayaran dengan iming-iming hadiah yang mahal--metode yang selalu gagal menghentikan Wick sejak kembali dari masa pensiun. Â
Tapi, definisi situasi paling tajam yang dimaknai Marquis de Gramon dari balas dendam ini tidak cukup perihal jiwa-jiwa yang telah melampaui ketakutan akan kematian.Â
Baginya, sepak terjang si duda yang malang ini telah menjadi arus balik yang menciptakan krisis dalam sistem yang mapan. Bukan lagi resistensi yang paling keras menghajar inti High Table.Â
Bagaimana jika ia menjalar, berlipat ganda, dan menggulingkan tatanan?Â
Definisi situasi kedua yang sama tajamnya adalah alasan mengapa dia menghancurkan hotel Kontinental New York yang dipimpin Winston Scott. Â Laki-laki pesolek ini bilang bahwa hotel Kontinental cabang New York bukan lagi sebuah tempat, tapi sebuah gagasan tentang John Wick. Hotel tersebut adalah rumah bagi pikiran-pikiran yang berbahaya "sang excommunicado".Â
Di tempat ini, John Wick, Winston hingga Charon (penerima tamu yang diperankan Lance Solomon Reddick yang baru wafat 17 Maret 2023) pernah bersatu dalam pertempuran sengit melawan utusan High Table dimana Yayan Ruhian dan Cecep Ali Rahman ikut bermain sebagai Shinobi. Kita terus diingatkan pada pepatah Latin, "Si vis pacem, parra bellum".Â
Dari, sekurangnya, dua definisi terhadap perjalanan John Wick sembari mengenang riwayatnya yang kelam dan brutal sejak edisi perdana, Chapter 4 adalah semacam perpisahan yang filosofis. Mungkin karena itu, John Wick diputuskan berakhir di Paris.
Sisanya, film berdurasi 169 menit ini tetaplah panggung bagi brutalisme yang keji. Kepala yang ditembak dari jarak dekat, tubuh yang remuk dihantam mobil atau leher yang berderak patah sesudah membentur ubin dengan keras masihlah pertunjukan utama.Â
Kehadiran Donnie Yen sebagai Caine maupun Scott Adkins sebagai Killa memberi sedikit kontra-elemen terhadap karakter petarung John Wick yang dikenal mahir menggunakan pistol, bantingan dan pertarungan jarak dekat.Â