Kesimpulan di atas mungkin terlalu menyibukkan diri untuk series yang disebut bergenre drama komedi. Tapi.. Â
Masalahnya adalah karena ia menjadi figur seorang ibu tunggal sebagai subyek utama, dengan seorang remaja putri yang tengah gandrung akan semua yang liar.Â
Drama di antara ibu dan anak perempuan, terutama yang berkaitan dengan gugatan sang anak terhadap pekerjaan sesungguhnya dari si ibu, adalah salah satunya. Namun ketegangannya tidak cukup melukiskan kedalaman pergulatan Ambar terhadap kompleksitas konflik moral dan sosial di dalam dirinya.Â
Ambar yang cantik dan terawat jelas jauh dari gambaran perempuan yang baru keluar dari penjara, misalnya. Kemudian mesti berjuang keras agar diterima lagi di masyarakat. Sebagaimana cerita "Dapur Napi", mini seri yang juga diproduksi Vidio. Ambar sebagai ibu tunggal juga tidak diterpa serentetan prahara yang mengancam daya hidupnya.
Ambar belum benar-benar terlihat mempertaruhkan hidupnya.
Sama halnya dengan keluarga kaya yang suaminya sedang tenar sebagai politisi muda. Kita memang melihat kehadiran seorang istri yang sangat berkuasa, terlebih sejak mengetahui dirinya dikhianati.Â
Atau adanya seorang blogger yang menginvestigasi kasus-kasus pelecehan seksual yang mengikuti track record Taufan Abimanyu, kita seperti melihat "senjata" yang bisa dipakai Ambar, dkk untuk melawan balik.
Tapi, kita belum melihat krisis yang sedang menggerogoti dengan level yang mencemaskan dan makin permanen.Â
Kita baru diperlihatkan justifikasi sosial-politik standar yang membuat si istri menjadi beringas. Namun itu belum cukup menunjukan bagaimana kekuasaan bekerja seperti iblis di tangan perempuan.Â
Ditambah dengan latar konflik kelas menengah yang nyaris tanpa problem kelaparan harian, bersimpati kepada nasib Ambar terasa kurang jreng.Â
Sedang dunia Jaka (atau Soleh yang ndeso namun memiliki ban hitam di dunia malam) barulah pelengkap dari kebetulan yang menguntungkan. Mula-mula hadir sebagai "obyek pelarian", melukiskan kenyamanan yang diam-diam tumbuh di antara Ambar dan Jaka sesungguhnya adalah konsekuensi yang standar belaka, mudah ditebak sebagaimana galibnya sinetron.