Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Seusai Australia, Seperti Apa Argentina Meredam Belanda?

4 Desember 2022   11:52 Diperbarui: 4 Desember 2022   20:04 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya mengira memainkan Lisandro Martinez demi menguatkan proses build-up di sisi kiri. Apalagi 7 menit sesudah pergantian ini, Julian Alvarez membuat gol dari pressing yang membuat blunder kiper Australia. Ternyata Martinez mungil ini berfungsi lebih kunci dari itu. Dari aksi blocking keduanya, kesempatan Australia membalas gol terpaksa sirna. 

Argentina sebenarnya memiliki kesempatan menyudahi perlawanan Australia sebelum peluit panjang dibunyikan. Sayang, Lautaro Martinez, atau Martinez ketiga, tidak mampu memaksimalkan dari sekurangnya dua kesempatan emas. 

So, apa yang mesti diwaspadai Argentina ketika bersua lagi dengan Belanda?

Rekor perjumpaan Argentina dengan Belanda di piala dunia sudah dimulai sejak tahun 1974, dimana Belanda menang besar 4:0. Di piala dunia 1978, Belanda yang tengah mengkilap bersama Johan Cruyff justru dibekuk di final. Terakhir mereka bertemu di semi final piala dunia 2014, dimana Belanda kalah lewat adu penalti. 

Sebelumnya di tahun 1998, Argentina ditekuk Belanda di perempat final 2:1. Salah satunya lewat gol berkelas Dennis Bergkamp. Adapun di fase grup piala dunia 2006, mereka bermain imbang tanpa gol.

Sejarah perjumpaan di piala dunia sejauh ini adalah milik Belanda. Namun deretan hasil positif itu skuad Oranje tidak dalam rangka mengangkat trofi piala dunia.  

Di pertemuan kali ini, Argentina tidak boleh lagi setengah-setengah dalam memainkan pressing sejak garis pertahanan Belanda. Belanda selalu adalah Tootal Voetbal, sepragmatis apapun mereka memainkan game plan Louis van Gaal (saat melawan AS, mereka sejatinya imbang dalam penguasaan bola). 

Argentina juga wajib memenangkan lapangan tengah di hadapan formasi 3-4-1-2 yang dimainkan Van Dijk, dkk. Satu lagi yang tidak boleh dibiarkan ialah pergerakan cepat Dumfries dan Gakpo; keduanya adalah bahaya yang efektif. Jangan lupakan, Belanda belum pernah kalah hingga detik ini.

Kesimpulannya Argentina tidak bisa menurunkan kewaspadaan. Terlebih lagi (masih) memainkan drama kelimpungan sesudah unggul dalam jumlah gol. 

Formasi 4-3-3 yang dilakoni sejauh ini sudah terbukti "bekerja lebih Bruce Lee", kalau kata Engkong Felix. Tentu saja dengan tetap menjaga kesolidan Fernandez-Mac Allister-De Paul di tengah. Di depan, Messi dan Alvarez adalah tetap sebagai yang utama. Sedang di belakang, Romero yang tampil makin bagus, akan dimainkan sejak menit awal sebagai tandem Otamendi.

Scaloni mungkin perlu mencoba Dybala, ketimbang memasang terus Lautaro Martinez sebagai pengganti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun