Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Seusai Australia, Seperti Apa Argentina Meredam Belanda?

4 Desember 2022   11:52 Diperbarui: 4 Desember 2022   20:04 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama-nama yang nyaris tak dikenal seluruhnya tidak serta membuat mereka adalah kumpulan underdog. Australia juga dihidupi motivasi yang besar karena babak play-off ini adalah kesempatan bermain lagi di perhelatan piala dunia sesudah pertama kali di tahun 1974.

Sesudah dua pertemuan, Argentina akhirnya berhasil lolos dari lubang jarum, dengan hasil imbang dan menang tipis. Batistuta, dkk akhirnya tampil di Amerika Serikat yang menjadi terakhir bagi "El Pibe de oro". Pemilik gol tangan tuhan ini belakangan terseret kasus doping. Argentina hanya sampai 16 besar, dipaksa pulang oleh Rumania.

Dengan latar belakang perjumpaan yang sekilas ini, Australia adalah wakil Asia yang berpotensi menyulitkan. Sedangkan bagi semua tim yang diunggulkan, mendadak masuk angin dan lemas tak berdaya di fase gugur adalah kemungkinan yang bisa menerpa kapan saja.

Apa yang bisa diulas dari perjumpaan keduanya di Qatar 2022? Tidak banyak yang bisa diulas karena Argentina tetap menjaga karakteristik yang berhasil membawa sejauh ini.

Karakteristik yang dimulai oleh rasa sakit yang diterima dari partai pembuka yang mengenaskan. Kekalahan di awal selalu seperti momok bagi tim-tim dengan sederet bintang. Karena itu, tantangannya adalah sesegera mungkin mengenali titik lemah dan berani melakukan revisi. 

Kita lantas melihat jika Scaloni dan tim pelatih adalah gagasan yang berani melakukan revisi, khususnya di lapangan tengah. 

Scaloni memilih darah muda seperti Enzo Fernandes dan Alexis Mac Allister sejak awal, menemani De Paul. Ketimbang tetap memainkan (lagi) Paredes. Di depan, Julian Alvarez akhirnya dijadikan starter ketimbang Lautaro Martinez. Anak muda ini terbukti lebih baik dalam pergerakan juga ketika mengeksekusi shot on target.

Kita tidak melihat revisi seperti ini di tim seperti Uruguay. Mereka punya Nunez dan Valverde yang sedang ngetop-ngetopnya, tapi masih saja memainkan Suarez yang terlihat tambun itu terlalu lama. 

Kejelian dan Momentum. Australia berusaha mengubah momentum dengan berbalik menyerang sesudah ketinggalan dua gol. Tidak menunggu lama, di menit ke-58, Graham Arnold melakukan dua pergantian. Lalu disusul tiga pergantian di menit 72. Sesudah ini, Argentina terlihat beberapa kali kelimpungan menghalau ancaman. Salah satunya karena celah yang menganga saat transisi-dalam-bertahan. 

Scaloni dan tim membaca usaha membalik momentum ini. Dia memasukan Palacios, seorang gelandang. Tagliafico di bek kiri dan Montiel di bek kanan. Pergantian ini jelas karena menjaga keseimbangan di belakang. Dan, yang tidak boleh dilupakan adalah keberadaan "Duo Martinez" di garis pertahanan.

Martinez pertama, seorang bek mungil dengan jiwa petarung yang total. Masuk menggantikan Papu Gomez di menit ke-50, ia berhasil menahan sepakan pemain Australia yang berhasil lolos dari sisi kanan pertahanan. Lantas sosok Martinez kedua, kiper yang berhasil menahan bola dalam pertarungan jarak dekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun