Taktiknya yang sukses meredam dan mengunci eksplosifitas "La Albiceleste" bisa menjadi pembelajaran bagi yang lain.
Masalahnya, di grup C, Mexico dan Polandia bukan kompetitor yang mudah. Dalam perjumpaannya dengan Argentina, Mexico memang medioker dengan 15 kali kekalahan. Tapi tim ini selalu ulet dan pantang menyerah.Â
Dan Arab Saudi sudah menunjukan caranya, mengapa mereka tidak bisa?
Sedang Polandia bukan tim dari Eropa yang mudah juga disingkirkan. Di ajang UEFA Nations League A, Robert Lewandowski, dkk ini memang masih kelas bawang. Mereka tidak cukup kuat menghadapi Belgia dan Belanda.Â
Sebelum Piala Dunia, mereka berujicoba melawan Chile dan menang tipis 1:0. Tapi, sekali lagi, Arab Saudi dengan nama-nama yang asing sudah menunjukan bagaimana caranya, mengapa mereka tidak?
Di titik inilah, nasib Argentina yang sering terseok-seok di penyisihan grup di setiap Piala Dunia bisa lebih mengenaskan. Mereka bukan tidak mungkin dipulangan lebih awal sehingga menyempurnakan kejutan yang sudah dirintis Herve Renard.Â
Satu-satunya saran buat Scaloni, ketika melawan Mexico, mainkan bek mungil Martinez sejak awal. Martinez adalah petarung yang gesit dan berani. Ia juga memiliki kemampuan mem-build up serangan, ketimbang Romero yang mutar-mutar.
Paredes sebaiknya dicadangkan saja. Terlalu doyan men-delay bola. Paredes juga tidak bisa bertahan sebaik Mascherano dulu. Enzo Fernandes mungkin bisa diberika kesempatan pertama sebagai DMC. Karena itu, De Paul seharusnya bisa lebih maksimal berperan kreator yang berciri box-to-box.Â
Sedangkan Papu Gomez mungkin diperintahkan lebih banyak beroperasi melebar ke kiri. Kalau masih banyak bergerak ke tengah dan menumpuk jalur dengan Martinez, fungsinya mungkin digantikan saja dengan Julian Alvarez yang baru 22 tahun itu.Â
Sedangkan Messi, biarkan saja dirinya bebas bergerak ke seluruh lapangan.Â
Ketika bersua Saudi barusan, ruang geraknya seperti tertutup Di Maria yang dalam speed-nya tidak sekencang sebelum datang ke Juventus.