Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Senjakala Bang Dodo: Menuju Usai dan Ngambekan?

21 Oktober 2022   14:33 Diperbarui: 21 Oktober 2022   15:25 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cristiano Ronaldo yang baru saja banjir kritik karena meninggalkan pertandingan sebelum peluit akhir berbunyi | AFP/Oli Scarf via Kompas.com

Potongan berita di bawah ini berjudul Kritik buat Ronaldo Usai Pergi Sebelum Laga Rampung: Sulit Diterima, Mengecewakan...

Dikutip dari Kompas.com. 

Saat laga memasuki menit ke-89, Cristiano Ronaldo tertangkap kamera berjalan di pinggir lapangan Stadion Old Trafford. 

Ronaldo pun tampak berjalan menuju terowongan pemain. Ia terlihat mengenakan rompi dan tidak menghiraukan sejumlah fans yang meminta tos saat dirinya berjalan meninggalkan lapangan. 

Eks bomber timnas Inggris, Gary Lineker, mengkritik keras sikap Ronaldo. Ia mengatakan bahwa cara CR7 itu sangat sulit diterima. "Maaf, itu tidak bisa diterima. Ini sangat buruk," ucap Gary Lineker dikutip Kompas.com dari BBC.

Tidak cukup sampai di sini. Kritik yang sama datang dari mantan pemain yang kini menjadi pandit.

"Sebagai salah satu pemain hebat, dia melakukan itu saat timnya menang. Itu sangat mengecewakan," ucap Micah Richards.

Dan rasa-rasanya baru kali ini Ronaldo atau kita panggil saja bang Dodo berperilaku kurang sportif.

Bang Dodo bukan figur yang saya perhatikan secara khusus. Sekalipun ia pernah berseragam Juventus, berkontribusi dalam gelar dan mencetak 100 gol. 

Pria yang berhasil meraih 5 kali Ballon d'Or plus 5 kali juara liga Champions lebih terkenang sebagai seorang legenda di Manchester United (MU) atau Real Madrid. 

Makanya ketika ia memutuskan kembali ke Old Trafford di tahun 2021 dengan usia bermain yang sudah mencapai 37 tahun, penikmat sepak bola terus merasa dia sedang kembali ke rumah yang membesarkannya. Nostalgis. 

Di sisi yang lebih kompetitif, orang bisa menyimpulkan jika pasangan Georgina Rodrguez masih ingin membuktikan dirinya berada di level tertinggi. Bertepatan MU tengah bergumul dalam transisi yang krisis sesudah Sir Alex Ferguson pensiun. 

Barangkali bisa menjadi mesiasnya. 

David Moyes, Ryan Giggs, Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Ole Gunnar Solskjaer hanya menambah daftar panjang dari narasi taktik yang gagal. Bang Dodo belum ada di episode yang mengenaskan ini.

Bersamaan dengan itu, tetangganya yang berisik malah berkali-kali membuat klaim "Manchester is Blue!" bekerja seolah-olah takdir, alih-alih jeda yang temporer. 

Belum lagi Liverpool bersama Jurgen Klopp yang perlahan-lahan kembali ke level elite, domestik dan Eropa.

Bang Dodo tidak menanggung langsung rasa sakit sebagai medioker, anggota dari mid-table team. 

Di Italia, dia masih bisa menjadi poros, game changer, dan berprestasi; efeknya masih berasa. 

Tak cukup sebatas ini, kalau tak salah ingat, legenda Juventus seperti Gianluigi Buffon pernah berujar jika "sentralisme CR7" selama di Turin adalah (salah satu) penyebab dari pudarnya mentalitas fino alla fine si Nyonya Tua. Kalau tak salah ingat lho. 

Barangkali dengan kembali ke rumah yang selalu memujanya, bang Dodo boleh menjadi bagian dari "sejarah kebangkitan". 

Bang Dodo dikenal pribadi penyuka tantangan dengan jiwa kompetitif yang gigih. 

Masalahnya, Ten Hag bukan Solskjaer yang pernah bermain dengannya, Mourinho yang sebangsa dengannya, apalagi Sir Alex Ferguson yang sudah selayaknya bapak bagi bang Dodo.

Ten Hag adalah pelatih generasi baru yang datang dengan caranya sendiri. Dari tangan dinginnya, bakat-bakat muda seperti Franky de Jong atau Matthijs de Ligt menjadi idola baru sepak bola Eropa. Dia bukan Allegri yang bermazhab pemain sudah jadi. 

Awal musim di MU, Bruno Fernandes. dkk belum tampil sebagaimana yang diekspektasikan. Mereka sempat kalah tipis di kandang dari Brigton lantas sesudah itu disikat Brentford 4 gol tanpa balas. Bagaimana mereka menghadapi Liverpol sesudah dua kekalahan beruntun ini?

Sebagai penyandang status newcomers, adaptasi seperti ini adalah ihwal yang wajar. 

Masalahnya adalah bagaimana pulih dari keterpurukan, setidaknya memberikan tanda-tanda positif jika masa depan tim ini sedang berada di tangan yang tepat.

Sekali lagi, ini periode Ten Hag. Liverpool (yang masih labil) dilewati dengan kemenangan tipis tapi penting secara mental. 

Kemudian menjaga stabilitas dengan kemenangan saat menjamu Southampton, Leicester, juga memberi 1 kekalahan untuk Arsenal yang kini memuncaki klasmen. 

Sempat kalah besar dengan City yang makin mengerikan bersama Haaland. Namun kembali ke jalur kemenangan dengan mengkandaskan Everton. 

Yang terbaru adalah melibas Hotspurs dimana bang Dodo pergi begitu saja tanpa pesan. 

MU kini berada di peringkat 5 dengan total 10 kali bertanding, 6 dengan kemenangan, 1 kali imbang serta 3 kali kekalahan. Ten Hag membuktikan jika dalam dirinya ada kapasitas dan kompetensi yang bisa menyelamatkan "The Red Devils".

Dari capaian singkat bersama Ten Hag, kita terus bisa merasakan adanya optimisme bersemi lagi, kebanggaan membuncah lagi. Tanpa mesti menjadi United Fans. 

Atau tidak mesti sebagai Juventini yang merasa Allegri hanya akan membuat Juventus bertahan di level Big Four, bukan untuk juara. Lebih-lebih di Champions League, preet dah! 

Tidak usah sampai di situ, melihat Vlahovic berlari tanpa arah dan frustrasi saja sudah cukup mengenaskan.

Maka dari itu, bang Dodo semestinya menyadari posisi superstarnya bukanlah apa-apa. Keputusan Ten Hag menduetkan Lisandro Martinez dengan Raphael Varane adalah pertanda. Maguire bukan kapten tanpa gangguan. 

Selain itu, mandat zaman untuk penyerang generasi baru di MU adalah milik Sancho, Rashford dan Anthony. 

Mereka bukan saja masih segar, cepat dan taktis. Bang Dodo pernah begitu, tapi 15 tahun yang lalu. Sudah sejarah.

Karena itu juga, bang Dodo mungkin sebaiknya mengenali gejala-gejala senjakalanya sendiri. Berdamai dengan ketidakmungkinan yang tak bisa diatasi sebagaimana 10 tahun yang lalu, mungkin.

Bang Dodo boleh-boleh saja menulis status yang optimis, kompetitif dan menegaskan jati diri sebagai seorang sportsman yang unggul di instagram.

Tapi pergi meninggalkan stadion sebelum pertandingan berakhir sangat bisa jadi adalah pertanda seorang pria yang menuju tua dan mulai ngambek-ngambekan. Tanda dari penghibur yang pelan-pelan kehilangan panggung.

Jadi kayak iklan rokok aja Bang: TUA ITU PASTI, DEWASA ITU PERJUANGAN!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun