Masalahnya, Ten Hag bukan Solskjaer yang pernah bermain dengannya, Mourinho yang sebangsa dengannya, apalagi Sir Alex Ferguson yang sudah selayaknya bapak bagi bang Dodo.
Ten Hag adalah pelatih generasi baru yang datang dengan caranya sendiri. Dari tangan dinginnya, bakat-bakat muda seperti Franky de Jong atau Matthijs de Ligt menjadi idola baru sepak bola Eropa. Dia bukan Allegri yang bermazhab pemain sudah jadi.Â
Awal musim di MU, Bruno Fernandes. dkk belum tampil sebagaimana yang diekspektasikan. Mereka sempat kalah tipis di kandang dari Brigton lantas sesudah itu disikat Brentford 4 gol tanpa balas. Bagaimana mereka menghadapi Liverpol sesudah dua kekalahan beruntun ini?
Sebagai penyandang status newcomers, adaptasi seperti ini adalah ihwal yang wajar.Â
Masalahnya adalah bagaimana pulih dari keterpurukan, setidaknya memberikan tanda-tanda positif jika masa depan tim ini sedang berada di tangan yang tepat.
Sekali lagi, ini periode Ten Hag. Liverpool (yang masih labil) dilewati dengan kemenangan tipis tapi penting secara mental.Â
Kemudian menjaga stabilitas dengan kemenangan saat menjamu Southampton, Leicester, juga memberi 1 kekalahan untuk Arsenal yang kini memuncaki klasmen.Â
Sempat kalah besar dengan City yang makin mengerikan bersama Haaland. Namun kembali ke jalur kemenangan dengan mengkandaskan Everton.Â
Yang terbaru adalah melibas Hotspurs dimana bang Dodo pergi begitu saja tanpa pesan.Â
MU kini berada di peringkat 5 dengan total 10 kali bertanding, 6 dengan kemenangan, 1 kali imbang serta 3 kali kekalahan. Ten Hag membuktikan jika dalam dirinya ada kapasitas dan kompetensi yang bisa menyelamatkan "The Red Devils".
Dari capaian singkat bersama Ten Hag, kita terus bisa merasakan adanya optimisme bersemi lagi, kebanggaan membuncah lagi. Tanpa mesti menjadi United Fans.Â